SEMARANG — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan “lifestyle” pendidikan taruna pelayaran bukan kekerasan, melainkan kekeluargaan dan cinta kasih. Selain itu menurut dia, unsur senioritas juga harus dihilangkan dari pola pikir.
“Kami akan perbaiki standar operasional prosedur (SOP), perbaiki ‘lifestyle’-nya yang paling penting,” katanya di Semarang, menanggapi kasus kekerasan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Maruda.
Budi mengaku sangat menyesali dan mengutuk tindakan kekerasan di STIP Marunda yang menyebabkan satu taruna bernama Amirullah Adityas Putra (18) meregang nyawa setelah dianiaya kakak angkatannya. “Saya juga sudah sampaikan melalui Twitter, saya sangat menyesali dan mengutuk tindakan itu. Itu tindakan tidak terpuji dan menjadi nila setitik yang merusak susu sebelanga,” katanya.
Oknum dalam peristiwa kekerasan di STIP Marunda yang menyebabkan taruna tewas, lanjut dia, berdampak pada pandangan masyarakat terhadap lembaga pendidikan di bawah Kementerian Perhubungan. “Karenanya, kami akan bersikap tegas tanpa harus ngomong berbusa-busa dengan banyak orang. Kami akan tegas, seperti secara teknis akan perbaiki SOP-nya, perbaiki ‘lifestyle’nya,” tegasnya.
Selain itu, Menhub berpesan pula kepada taruna-taruna pelayaran, termasuk yang menempuh pendidikan di PIP Semarang untuk meninggalkan pola pikir senioritas atau senior lebih hebat. “Tinggalkan cara-cara yang seolah-olah senior lebih hebat, kemudian melakukan zalim dan kekerasan. Tinggalkan semua. Apabila ada, tanpa melalui peradilan akan kami usut. Bisa diberhentikan,” pungkasnya.
Dalam kasus kekerasan di STIP Marunda yang menewaskan satu taruna, Polres Metro Jakarta Utara telah menetapkan empat tersangka yang diduga terlibat dalam penganiayaan terhadap Amirullah. Keempat taruna senior yang menjadi tersangka penganiayaan Amirullah, taruna angkatan I STIP Marunda itu merupakan siswa tingkat dua berinisial SM (19), WH (20), I (21) dan AR (19).