Metode pendidikan aplikatif di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, memberi warna tersendiri dalam dunia pendidikan nasional. Dipelopori oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, pendidikan yang telah diterapkan di seluruh sekolah dan semua tingkatan itu mendapat sambutan positif dari para guru.
Banyak guru menilai metode tersebut berhasil mendidik karakter pelajar. Melalui sistem vokasional, pelajar mampu berpikir akademis sekaligus aplikatif. Sisi akademik siswa dilatih di sekolah, sementara aplikasinya dilakukan di rumah, yaitu membantu pekerjaan sehari-hari kedua orang tua siswa.
“Anak nantinya akan memiliki pemikiran bahwa perjuangan orang tua selama ini sangat sulit untuk biaya hidup si anak. Mereka akan termotivasi untuk lebih baik dari orang tuanya dan bertekad akan belajar lebih sungguh-sungguh untuk menggapai cita-citanya,” jelas Dedi di hadapan ribuan guru di Kabupaten Bandung dan Subang, Selasa (7/3/2017).
Dedi menuturkan, kali pertama memberlakukan metode itu dirinya banyak mendapatkan protes masyarakat. Namun, kini justru masyarakat mengapresiasinya karena dinilai mampu membentuk karakter pelajar. Bahkan, Kementerian Pendidikan RI tengah menjadikan Kabupaten Purwakarta sebagai rujukan pendidikan karakter nasional.
Sementara itu, seluruh sekolah di Purwakarta saat ini telah memasukan pelajaran kitab kuning untuk masuk ke dalam kurikulum lokal bagi pelajar muslim. Adapun untuk pelajar nonmuslim ada pengajaran khusus mengenai kitab sesuai keyakinan masing-masing siswa.
Dedi mengatakan, tujuan memasukkan kitab kuning ke dalam kurikulum itu untuk memberikan ruang bagi pengembangan pengetahuan. Sebab, lanjut dia, dalam kitab ini berisi pemikiran para fillsuf pada zamannya yang kemudian menjadi dasar pengetahuan modern.
“Mulai dari Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, dan banyak lagi. Hampir seluruh pemikiran mereka menjadi dasar pengetahuan di era modern ini,” ujarnya.
Penerus bangsa
Dedi berharap metode pendidikan aplikatif di daerahnya bisa merambah secara nasional. Dalam penerapannya cara itu bisa disesuaikan dengan potensi dan kebudayaan lokal di tiap daerah di seluruh Indonesia.
“Apalagi keberagaman suku dan budaya di Negara ini sangat banyak, unik dan ini ciri persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Dedi.
Dirinya meyakini seluruh guru di Indonesia memiliki potensi paling besar dalam mengubah dan mencetak generasi penerus bangsa. Pembelajaran aplikatif diyakini akan mampu mencetak lulusan sekolah yang tak susah mencari kerja.
“Tak perlu mencari kerja ke luar negeri dan sebagainya. Setelah mereka mendapatkan ilmu tinggi di sekolah, ilmu itu akan diaplikasikan dengan memanfaatkan kekayaan alam dan potensi sekitar untuk menjadi pekerjaan dan penghasilan mereka ke depan,” kata Dedi.
“Jangan sampai anak pintar dengan titel sarjana, tapi sawahnya dijual, gunungnya dijual, kebun dijual, segala kekayaan habis dan susah cari kerja,” tambahnya.
Guru tertarik
Yuyun, seorang guru honorer asal Kabupaten Subang, mengaku tertarik dengan metode pembelajaran aplikatif yang diterapkan di Purwakarta. Dia mengatakan hal itu usai mendapatkan penjelasan tentang konsep pendidikan tersebut.
Menurut Yuyun, selain mudah dimengerti dengan daya nalar, metode tersebut diyakini akan mudah dan efektif untuk disampaikan kepada para pelajar di sekolah.
“Sangat dimengerti sekali. Saya tertarik dan ingin mencoba metode ini,” ujar Yuyun.
Sementara itu, menurut Nina, guru lainnya asal Kabupaten Bandung, metode aplikatif tersebut sebetulnya sederhana dan mudah dipraktikkan. Guru bisa mengambil contoh kehidupan sehari-hari di rumah para siswa.
“Seperti tadi Pak Dedi bilang, siswa bisa diberi pekerjaan rumah Matematika di rumahnya untuk menghitung berapa luas kandang ayam milik bapaknya. Terus bisa juga dikasih PR bagaimana caranya membuat gorengan yang bisa dijual oleh ibunya,” jelas Nina.
Dirinya mengaku bahagia bisa mendapatkan ilmu pengajaran yang baru dan mudah dipahami di lingkungannya. Apalagi sebagai salah satu daerah di Jawa Barat, kebiasaan dan kondisi untuk pendidikan aplikatifnya akan tak jauh berbeda dengan Kabupaten Purwakarta.
“Sama juga kan Purwakarta dan di sini, sama-sama Jawa Barat. Pasti akan mudah diaplikasikan karena kultur dan budayanya sama, yaitu budaya Sunda. Pasti bisa diterapkan di seluruh daerah di Jawa Barat metode seperti ini. Menarik sekali,” ucapnya.
Sumber: kompas