MENAKAR PELUANG DAN TANTANGAN UNBK


01

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran telah lama dimanfaatkan untuk membantu peningkatan kualitas pembelajaran. Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran terutama teknologi komputer memudahkan para pendidik untuk menjelaskan materi pembelajaran yang bersifat abstrak dan jauh dari penalaran peserta didik menjadi mudah dijangkau atau dipahami.

Melalui teknologi pembelajaran para pendidik akan mudah melakukan simulasi pembelajaran mendekati kondisi nyata dari suatu materi pembelajaran yang abstrak, misalnya penjelasan tentang gerakan lempeng tektonik yang menimbulkan banyak korban mudah diuraikan dengan bantuan simulasi teknologi.

Simulasi gerakan lempeng tektonik melalui animasi akan memudahkan pemahaman dan penghayatan peserta didik untuk materi pembelajaran tersebut. Penggunaan teknologi pembelajaran semakin kuat pengaruhnya seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang telah merambah kehidupan masyarakat.

Pembelajaran menggunakan TIK sering disebut dengan e-learning yang merupakan proses pembelajaran melalui penggunaan teknologi atau internet pada khususnya atau pembelajaran berbasis komputer (Nurchaili, 2010).

Penggunaan internet dalam proses pembelajaran menjadikan proses pembelajaran berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan pendidik sebelum mengenal TIK sehingga akan menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran telah mengubah proses pembelajaran “dari ruang kelas ke mana saja dari waktu siklus ke waktu nyata, dari kertas ke online, dan dari fasilitas fisik ke jaringan kerja” (Abdullah: 2009).

Pembelajaran dapat berlangsung di ruang sekolah atau di rumah atau dimana saja bergantung pada kemauan peserta didik. Pemanfaatan TIK ini menyebabkan proses pembelajaran dapat terlaksana tanpa ada pembatasan waktu sepanjang peserta didik mau melakukannya.

Hal itu akan mendorong peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya sesuai dengan kemampuan dan keinginan belajarnya. Pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain penyediaan bahan ajar secara online (bahan ajar tersimpan dalam bentuk buku atau artikel di internet), program computer assisted learning, bahan alat peraga atau simulasi, pembelajaran Moodle dan Facebook (Darmawan dan Siti: 2014), dan pembelajaran jarak jauh (sekolah terbuka).

Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Pelaksanaan UNBK dalam sistem pendidikan nasional mulai dirintis penerapannya pada tahun 2013 di sekolah Indonesia di Singapura dan Malaysia. Sekolah tersebut dipilih karena kesiapan sekolah dan ketersediaan fasilitas komputer untuk digunakan peserta didik dalam ujian.

Sekolah tersebut merupakan sekolah rintisan dalam penerapan UNBK dan sekaligus merupakan jawaban atas permintaan pimpinan kementerian yang menginginkan penyempurnaan dalam pelaksanaan ujian nasional yang selama ini dilakukan dalam bentuk tertulis (PBT). Upaya pemanfaatan komputer dalam penyelenggaraan ujian nasional telah dikembangkan sejak lama oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik: 2008).

Pada awalnya, model atau aplikasi yang dikembangkan adalah CAT yaitu model ujian dengan interaksi langsung dengan komputer yang telah tersedia sejumlah butir soal dan peserta ujian, diuji sesuai dengan kemampuannya. Ujian berhenti bila peserta ujian menjawab soal salah pada sejumlah butir soal dengan tingkat kesukaran tertentu sesuai dengan kemampuan peserta ujian.

Berdasarkan data tingkat kesukaran soal yang dijawab salah dan benar, komputer secara otomatis menghitung (estimasi) kemampuan optimum peserta ujian.
Hasil CAT ditentukan pada estimasi kemampuan peserta ujian berdasarkan soal yang dikerjakan. Model CAT memberikan soal sesuai dengan kemampuan peserta ujian.

Bila kemampuan peserta ujian rendah maka akan muncul soal dengan tingkat kesukaran rendah. Sedang bila kemampuan peserta ujian tinggi maka muncul soal dengan tingkat kesukaran tinggi.

Dalam CAT dapat diestimasi tingkat kemampuan setiap peserta ujian. Peserta didik dinyatakan selesai menempuh ujian bukan didasarkan pada banyaknya butir soal yang dikerjakan dengan benar.

Namun, menurut estimasi optimum peserta didik yang dilakukan secara otomatis oleh komputer.

Dalam pengembangan model CAT ada dua komponen besar yang dikembang kan yaitu perangkat lunak dan butir soal serta penyediaan perangkat keras tentunya. Dalam pengembangan perangkat lunak dibuat program aplikasi untuk menghitung estimasi kemampuan peserta ujian dan program yang dapat mengeluarkan soal sesuai kemampuan peserta ujian.

Pengembangan butir soal dilakukan dengan mengikuti pengembangan soal teori responsi butir. Dalam teori tersebut dinyatakan ada dua hal yang berpengaruh terhadap hasil ujian yaitu tingkat kesukaran soal (measure) dan tingkat kemampuan peserta ujian (ability).

Pengembangan dua komponen utama dilakukan selama bertahun-tahun, sedang untuk pengembangan perangkat keras diserahkan pada satuan pendidikan dan dinas pendidikan atau yayasan pendidikan untuk sekolah swasta.

Pada awalnya, aplikasi CAT telah dikembangkan beberapa tahun yang lalu oleh Puspendik serta telah diujicobakan di Puspendik (2008) kepada peserta didik kelas XI dan XII SMA dan SMK di Jabodetabek.

Selanjutnya model ini diujicobakan pada beberapa satuan pendidikan dan secara online di beberapa provinsi. Kelebihan CAT adalah presisi dan efisiensi. Dalam CAT, peserta ujian diukur dengan derajat yang setara karena ujian terus berlanjut sampai kriteria terpenuhi atau kemampuan optimum.

Efisiensi dalam CAT terjadi karena CAT tidak membutuhkan butir soal yang banyak karena dalam ujian komputer secara otomatis dapat mengeluarkan soal sesuai dengan tingkat kemampuan peserta ujian.

Berbeda dengan ujian tradisional atau PBT yang dikembangkan dengan teori klasik membutuhkan lebih banyak butir soal karena untuk mengukur kemampuan optimum peserta ujian dapat dilakukan secara berulangulang hingga perlu soal banyak (Gregory: 2013).

Lebih lanjut Gregory membandingkan jumlah butir soal untuk ujian sertifikasi tertulis membutuhkan butir soal 200-500 soal sedang melalui CAT hanya diperlukan sekitar 100 soal. Oleh karena itu, pendekatan CAT banyak digunakan oleh organisasi besar di dunia seperti Angkatan Darat dan Educational Testing Service di Amerika Serikat, serta organisasi profesi seperti bidang psikologi dan kedokteran.

Pendekatan CAT dalam ujian akhir sangat menguntungkan dan efisien namun dalam proses pengembangan butir soal sangat rumit karena butir harus dikembangkan menurut teori responsi butir (item response theory), soal sudah terkalibrasi, dan tersedia soal dengan tingkat kesukaran sesuai atau mendekati kemampuan peserta ujian (Bagus, 2012), sementara sebagian besar satuan pendidikan masih menggunakan ujian nasional secara tertulis.

Euphoria UNBK

Beberapa waktu lalu ketika orang ramai membicarakan tentang ujian menggunakan komputer dan secara on line, muncul berbagai macam reaksi. Pro-kontra yang dilontarkan masing-masing dengan latar belakang persoalan dan aneka keinginan. Di sekolah-sekolah yang siswa-siswinya sudah terbiasa menggunakan komputer, Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) disambut dengan baik.

Namun sekolah-sekolah yang belum mempunyai komputer hanya bisa diam, pasrah bahkan tidak ada niat membayangkan bagaimana UNBK itu.
Sesuai pengalaman mengawas UNBK setahun tahun lalu sebagaimana di jelaskan dalam situs kompasiana yang terbit 4/4 2017, ujian menggunakan komputer lebih baik dan menguntungkan dibandingkan dengan ujian menggunakan kertas dan pensil.

Mengapa? UNBK lebih hemat waktu. Bandingkan ketika menggunakan kertas dan pencil, siswa peserta ujian membutuhkan waktu khusus untuk penghitaman.

Untuk penghitaman, para guru sudah mengingatkan agar siswa sangat hati-hati, sebab, katanya kalau penghitaman tidak baik bisa berdampak buruk bagi peserta ujian saat pemeriksaan.

Begitupun kalau hendak mengganti jawaban. Sulit sekali, karena harus menghapus kembali penghitaman sebelumnya, lalu membuat penghitaman lagi pada alternatif jawaban yang baru.
Proses ini bisa menghabiskan lebih dari alokasi waktu 2,4 menit tiap nomor untuk menjawab 50 butir pertanyaan selama 120 menit.

Dengan sistim UNBK waktu 2,4 menit untuk tiap soal bisa dimanfaatkan lebih efektif untuk membaca soal dan berpikir menemukan jawaban. Lalu dengan sekali klik pada opsi jawaban waktu tidak diboroskan untuk penghitaman opsi jawaban apalagi kemudian menghapus dan mengganti jawaban baru.

Karena opsi jawaban bisa dipilih dengan cara sangat gampang dan dalam waktu detik dengan mengklik pada pilihan A, B, C, D atau E pada layar komputer. Pilihan juga bisa dengan cara menekan tombol A, B, C, D atau E pada keyboard komputer.

Demikian pula ketika peserta ujian hendak mengubah jawaban, bisa dengan memilih dan menuju nomor tertentu lalu langsung mengganti jawaban dengan memilih opsi jawaban tanpa proses panjang dan berbelit. Satu kelebihan lainnya yang bisa bermanfaat bagi peserta ujian adalah fasilitas “ragu-ragu”.

Jika ada pertanyaan yang agak sulit dan belum ada kepastian mana jawabannya, maka peserta UNBK dapat meng-klik pada fasilitas “RAGU-RAGU”.

Pada bagian kanan atas terdapat tulisan DAFTAR SOAL untuk mengecek kembali jawaban. Peserta ujian dapat memastikan apakah semua nomor sudah dikerjakan ataupun untuk meneliti kembali nomor mana yang masih diragukan jawabannya.

Pada bagian kanan atas juta terdapat informasi waktu yang menunjukkan masih berapa menit tersisa untuk menyelesaikan tes tersebut.

Peluang dan Tantangan UNBK

CAT dalam ujian nasional belum diterapkan namun tetap dengan menggunakan komputer atau pendekatan CBT yang disebut UNBK.

Dalam UNBK, peserta ujian berinteraksi secara langsung dengan komputer yang memuat butir soal dari mata pelajaran diujikan. Peserta ujian menjawab butir soal seperti ujian tertulis (PBT) dalam komputer. Jumlah butir soal ditentukan sebagaimana ujian tertulis dan karakteristik butir tidak berfungsi sebagaimana dengan pendekatan CAT.

UNBK dilaksanakan dengan mengguna kan satu komputer untuk satu peserta ujian. Materi atau soal ujian sudah dimasukkan ke dalam komputer dan peserta ujian menjawab pertanyaan serta memberi jawaban dalam komputer tersebut.

Provinsi yang belum melaksanakan UNBK adalah provinsi Papua Barat, Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Tengah, dan Bengkulu. Jumlah yang menerapkan UNBK diharapkan dapat bertambah pada pelaksanaan ujian nasional pada tahun-tahun mendatang seiring dengan upaya sosialisasi pelaksanaan UNBK kepada pemangku kepentingan.

Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pemangku kepentingan belum mengikut sertakan satuan pendidikan dalam pelaksanaan UNBK disebabkan kekurang pahaman pelaksanaan UNBK, khawatir kelangsungan listrik pada saat ujian terutama di daerah yang sering mengalami pemadaman listrik, serta kekurangan sarana komputer di satuan pendidikan.

Dengan demikian ujian nasional telah dapat dilaksanakan secara offline atau berbasis komputer di 556 sekolah, 141 kabupaten/kota, dan 30 provinsi. Untuk mendukung pelaksanaan UNBK ada dua komponen utama yang perlu disiapkan yaitu penyiapan perangkat keras dan perangkat lunak.

Ketersediaan komponen tersebut dapat mendukung proses pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer. Penyiapan perangkat keras meliputi komputer, internet, dan jaringan lokal komputer. Proses penyiapan perangkat keras dilakukan oleh satuan pendidikan dan dinas pendidikan kabupaten/kota atau provinsi.

Penyiapan perangkat keras ini hendaknya dikaitkan dengan penyediaan sarana pembelajaran bukan hanya untuk pelaksanaan ujian nasional sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terasa berat karena komputer tersebut digunakan untuk pembelajaran dan pelaksanaan ujian.

Komputer yang diperlukan untuk pelaksanaan UNBK adalah satu komputer untuk satu orang peserta ujian. Dalam praktiknya, satu komputer bisa digunakan oleh tiga peserta ujian secara bergantian dalam satu hari ujian sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kemudian yang perlu disiapkan adalah jaringan internet dengan jaringan lokal untuk tingkat satuan pendidikan
Penyiapan perangkat lunak (aplikasi) dilakukan oleh Puspendik meliputi perangkat lunak komputer dan perangkat soal.

Perangkat lunak dikembangkan agar dalam proses pelaksanaan UNBK, komputer dapat mengeluarkan soal secara teratur selama ujian berlangsung untuk setiap peserta ujian. Perangkat soal memuat sehimpunan butir soal (paket soal) yang telah memiliki karakteristik butir soal.

Ujian dapat berakhir setelah waktu yang disediakan berakhir atau peserta ujian telah menyelesaikan seluruh soal yang diperuntukkan pada peserta ujian. Dalam pelaksanaan ujian, perangkat lunak tersebut dihubungkan dengan jaringan lokal di satuan pendidikan dengan komputer yang digunakan dalam pelaksanaan ujian nasional.

Jaringan lokal ini menghubungkan satu komputer dengan komputer lainnya sehingga dalam pelaksanaan ujian nasional terdapat pusat atau server untuk setiap satuan pendidikan.

UNBK dilaksanakan secara klasikal dengan alokasi waktu yang ditentukan untuk setiap mata pelajaran. Dalam satu hari ujian ditentukan dengan tiga sesi sehingga satu komputer dalam ujian dapat digunakan oleh tiga peserta didik.

Pelaksanaan UNBK dilakukan secara klasikal pada satuan pendidikan yang telah dipersiapkan oleh pemerintah. UNBK berlangsung setelah peserta ujian masuk ke ruang ujian dan menghadap komputer yang telah disediakan.

Peserta ujian dapat mengisikan informasi data setiap peserta didik dalam komputer yang digunakan. Peserta ujian mengisi identitas pengguna (user id) dan sandi pembuka (password).

Bila identitas pengguna dan sandi pembuka sesuai maka akan muncul halaman informasi tentang identitas pengguna (peserta ujian), mata pelajaran, waktu mengerjakan, dan petunjuk umum. Informasi tersebut diperlukan peserta didik (ujian) agar mereka tidak kehilangan kesempatan mengerjakan soal dan hasil yang mereka kerjakan sesuai dengan identitas mereka.

Proses berikutnya adalah untuk mengaktifkan token semacam sandi pembuka dan muncul materi soal serta waktu untuk mengerjakan soal.

Bila ada kendala yang dihadapi peserta ujian dalam kelancaran atau pengaktifan komputer, peserta dapat dibantu oleh petugas yang telah disiapkan untuk tugas tersebut.

Setelah proses pengisian identitas maka waktu mengerjakan soal dimulai. Perangkat soal yang telah diprogramkan dapat dibuka peserta ujian setelah membuka token (semacam sandi pembuka) yang diberikan oleh proktor yang ada di setiap satuan pendidikan.

Materi ujian dapat muncul di layar komputer dan setiap peserta ujian akan menerima materi soal yang berbeda dengan jumlah soal yang sama. Para peserta ujian diminta untuk mengerja kan soal yang muncul satu soal yang disusul dengan soal lainnya tanpa memperhitungkan tingkat kesukaran soal dan kemampuan peserta sebagaimana yang berlaku dalam CAT.

Sumber : Bidik Tangsel