Banyak pelajar yang berasal dari kalangan kurang mampu memiliki kualifikasi untuk terpilih di kampus yang mereka daftarkan. Namun faktanya, pelajar dari kalangan kurang mampu justru lebih banyak diterima di kampus-kampus dengan daya kelulusan yang rendah.
Demikian diungkapkan dari Georgetown University Center on Education and the Workforce, seperti dinukil dari laman The Hechinger Report, Rabu (10/5/2017).
Sebuah studi yang kontradiksi juga menunjukkan bahwa para pelajar dari kalangan kurang mampu terkualifikasi masuk ke kampus-kampus top dunia. Namun faktanya, menurut Report’s Lead Author and Director of the Georgetown Center, Anthony Carnevale, pendaftaran di kampus-kampus top lebih banyak melihat pendapatan keluarga yang tinggi.
“Pendidikan di kampus lebih terbuka hanya untuk kaum kaya raya,” ungkapnya.
Sebanyak 8% dari pelajar kurang mampu yang telah terpilih biasanya akan lulus. Jika dibandingkan dengan 48% yang memilih ke community college dan institusi lainnya.
Berbeda dengan kampus swasta yang sama sekali tidak bisa memperjuangkan untuk membantu siswa dari kalangan kurang mampu agar bisa melanjutkan ke kampus top. Padahal rata-rata mereka yang terseleksi di kampus top dunia, memiliki dana surplus tahunan sebesar USD139 juta. Seharusnya, mereka dapat menggunakan anggaran tersebut untuk membantu pelajar kurang mampu.