Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengatakan perkembangan teknologi tidak hanya mengubah gaya hidup manusia tapi juga telah mengubah karakter pekerjaan.
Oleh karena itu Menaker meminta kepada dunia pendidikan untuk mengantisipasinya. Caranya dengan mulai menyesuaikan kurikulum dengan perubahan yang ada agar input Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan bisa sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang saat ini berbasis pengetahuan teknologi.
“Menjadi penting bagi perguruan tinggi agar menyesuaikan perubahan tersebut. Jika tidak menyesuaikan maka input SDM dengan kebutuhan pasar kerja tidak akan nyambung. Ini jelas jadi tantangan kita,” kata Menaker Hanif saat memberikan sambutan pada seminar di Institut Pertanian Bogor, Bogor Jawa Barat Kamis (25/5/2017).
Dikatakan Hanif jaman telah berubah dengan cepat. Perkembangan teknologi yang semakin masif bagaikan pisau bermata dua.
Di satu sisi teknologi dapat memudahkan kehidupan manusia. Namun di sisi lain jika perkembangan teknologi tidak diantisipasi maka bisa mengancam peradaban sebuah bangsa.
“Dunia ini berubah. Masyarakat berubah. Banyak hal yang berubah. Perubahan teknologi yang begitu cepat akhirnya mempengaruhi banyak hal seperti gaya hidup dan juga karakter pekerjaan di dunia ketenagakerjaan,” kata Menaker Hanif.
Perubahan karakter pekerjaan yg dimaksud Menaker adalah terkait dengan munculnya jenis pekerjaan baru yang mengandalkan kecerdasan buatan atau yang dikenal dengan istilah artifisial intelegence.
“Beberapa waktu lalu kita diperkenalkan dengan internet lalu mobile internet. Sekarang muncul lagi artifisial intelegence. Teknologi ini memungkinkan ada taksi tanpa supir dan layanan customer service tanpa operator manusia,” ujar Menaker Hanif.
Lebih lanjut Menaker mengatakan perkembangan teknologi tidak hanya menghadirkan jenis pekerjaan baru tapi juga menghilangkan jenis pekerjaan tertentu.
Contohnya seperti pekerjaan pengantar surat yang sekarang sudah mulai punah. Pasalnya sekarang orang tidak lagi menulis surat di atas kertas melainkan menggunakan email, whatsapp dan faksimile.
“Sekarang sudah jarang pekerjaan mengantar surat karena orang lebih suka menulis di email atau whatsapp. Ini yang harus diantipasi perguruan tinggi,” tutur Hanif.
Oleh karena itu Kata Hanif menjadi penting bagi perguruan tinggi agar menyesuaikan perubahan tersebut. Hal ini harus dilakukan untuk menyesuaikan input SDM dengan kebutuhan pasar kerja.
“Dulu orang bicara human resources tapi sekarang orang lebih bicara human capital. Human resources artinya fokus pada tenaga kerjanya saja sedangkan human capital mendorong agar ekonominya berbasis pengetahuan,” ucap Menaker Hanif.