Bentuk Kematangan Guru, SMK Berbasis Keguruan Diperlukan


2

JOGJA — Pendidikan vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) keguruan diperlukan untuk membentuk kematangan calon guru sebagai pendidik, bukan sekadar calon guru yang menguasai teori.

Alumni Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Teguh Imanto mengatakan ada perbedaan besar antara guru saat ini dan di masa lalu. Pendidikan guru saat ini, kata dia, diakses dari kelompok pendidikan Sarjana (S1) dan lebih banyak menekankan sains atau teori.

“Kalau zaman dulu, pendidikan keguruan itu masuk vokasi. Kami belajar menjadi guru dari SPG atau saat ini setara dengan SMK dan SMA. Pemberian materi untuk guru bermacam-macam. Bahkan kami juga belajar hal mendasar, bagaimana cara menulis yang benar, berbicara sampai berjalan,” terang pria yang juga menjadi Ketua Panitia Syawalan dan Reuni Akbar#2 Lintas Angkatan SPG Muhammadiyah 1, Yogyakarta saat bertandang ke Griya Harian Jogja, Selasa (6/6/2017).

Pendidikan terapan yang diterima itu, disebutnya membentuk calon guru matang secara materi, memahami pedagogik maupun menguasai ketrampilan yang lain. Penguasaan ini yang membuat karakter pendidik melekat pada guru tersebut.

Teguh menambahkan pendidikan guru saat ini biasanya diakses dari lulusan SMA dan SMK. Sebagian di antara mereka rerata memilih universitas keguruan sebagai alternatif atau cadangan jika tidak diterima universitas non-pendidikan.

“Karena tidak dari hati, guru sekarang kalau selesai mengajar selama dua jam di kelas lalu keluar, ya sudah selesai jadi guru. Tidak ada karakter mendidik dan perilaku yang melekat. Akibatnya, penghormatan kepada guru berkurang. Padahal dulu, waktu sekolah, saya bisa berjabat tangan, membantu guru membawa tas atau menyentuh sepeda saja sudah senang, karena saya menghormati guru saya,” paparnya.

Belajar dari pengalaman tersebut, Teguh menilai pendidikan vokasi keguruan setingkat SMK perlu dipersiapkan. Tentu saja, tegas dia, begitu lulus, siswa harus menempuh pendidikan tinggi di universitas untuk dapat mengajar.

Peran guru sebagai pendidik yang memudar inilah yang mendorong alumni SPG Muhammadiyah 1 Yogyakarta untuk mengadakan seminar pendidikan bertema “Guru Bermutu”. Melalui acara ini, peserta juga akan diingatkan pentingnya menerapkan pendidikan karakter berbasis Pancasila.

Seminar akan diadakan pada Selasa (20/6/2017) di Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DIY. Hadir sebagai pembicara, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Kadarmanto Baskara Aji.

Selain seminar pendidikan, imbuh Tegu, ada beragam kegiatan yang akan diselenggarakan, seperti anjangsana guru, buka bersama lintas angkatan hingga acara sosial untuk membantu keluarga besar alumni maupun mantan guru SPG Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Puncak kegiatan berupa syawalan dan reuni akbar akan digelar Minggu (2/6/2017) di Hotel Cavinton, Jogja.

Redaktur Pelaksana Harian Jogja, Nugroho Nurcahyo mengapresiasi kekompakan dan solidaritas alumni SPG Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Rangkaian acara yang dipersiapkan panitia diharapkan dapat berjalan lancar dan membawa manfaat bagi pendidikan di Indonesia.