Rizal Hasibuan: Tradisi Coret-coret Baju Sia-sia Cuma Mudarat yang Ada


22688621_153971355206051_1401035655508369815_n

Pasca selesainya Ujian Nasional Berbasis Kompetensi (UNBK) beberapa hari yang lalu, banyak kegiatan siswa tersorot yang dianggap tak layak untuk menjadi contoh kepada siswa junior lainya.

Adapun berbagai tradisi atau kebiasaan yang sering di lakukan merupakan ungkapan rasa senang atas selesainya pendidikan yang tengah dihadapi. Namun sayangnya, ungkapan tersebut tidak sesuai dan mencerminkan perilaku anak bangsa yang baik pula.

gosumutcom_4vrpe_39678

Kegiatan seperti mencoret-coret baju seragam, berkonvoi tanpa menggunakan helm, merusak fasilitas umum, bahkan yang lebih parah sampai merobek-robek seragam sekolah pastinya membuat sebahagian masyarakat resah dan ikut merasakan dampak dari kerugian yang ditimbulkan.

Hal ini mengundang komentar dari Pengamat pendidikan Sumut, Rizal Hasibuan. Dirinya mengatakan kelakuan siswa siswi tersebut di karenakan lemahnya pengawasan dari pihak sekolah untuk membina anak didiknya menjadi siswa yang baik. Menurutnya, kesalahan bukan pula sepenuhnya dari pihak sekolah, dirinya beranggapan bahwa peran orang tua juga turut berperan andil dan bertanggung jawab penuh terhadap kelakuan perilaku anak-anaknya.

“Perlu adanya menyiapkan sebuah tempat untuk menyalurkan aspirasi anak didik kita ini agar mereka memanfaatkan talenta yang mereka punya agar tidak menyalah gunakan apa yang mereka miliki. Seperti coret-coret baju kemarin yang setelah selesai UNBK, perilaku itu sangat miris sekali. Dari tahun ke tahun yang mereka lakukan hanya seperti itu. Kan tidak ada untungnya, jadi sia-sia. Mudarat yang ada,” ungkap Rizal di sela-sela kegiatanya.

Dirinya mengatakan jika anak didik memiliki potensi di bidang seni, baik di bidang musik, melukis atau yang lainya, anak didik dapat mengungkapkan pendapat mereka baik ke pihak sekolah atau pun orang tua.

“Jadi kalau mereka suka seni, bisa aja mereka menuangkannya di tempat-tempat yang bagus pula, yang ada manfaatnya untuk orang lain juga. Seperti sekarang yang lagi trend anak-anak muda suka dengan mural atau grafity. Nah itu manfaatkan sebaik mungkin. Ada kesan seninya. Banyak juga sekarangkan orang-orang meluapkan emosinya lewat berbagai macam bentuk. Nah kenapa nggak seperti itu. Kita harusnya di tuntut untuk kreatif. Di tuntut berfikir bagaimana bisa bermanfaat bagi masyarakat lain,” jelasnya.

Dirinya berharap anak-anak didik lebih di berikan edukasi yang lebih baik dari segi segala pemahaman. Dan di bentuk dari sikap yang baik, berfikir yang kreatif pula dan memiliki tingkah laku yang santun.

“Semoga kedepan anak bangsa ini menjadi cerminan manusia yang terdidik,” tungkasnya.