Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong sebanyak 90 perguruan tinggi negeri untuk mulai menyiapkan sistem pendidikan jarak jauh. Pasalnya, hingga saat ini, baru ada 51 PTN yang sudah dan siap menggelar model perkuliahan berbasis daring tersebut.
Di antaranya, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Terbuka (UT).
Menristekdikti Mohamad Nasir menegaskan, pendidikan tinggi di Indonesia harus melakukan perubahan yang bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi dunia yang begitu cepat. Menurut dia, datangnya disrupsi teknologi hanya bisa dihadapi dengan melakukan perubahan sistem pendidikan yang sesuai zaman.
”Tampaknya kita tidak bisa menunggu lagi, kita harus melakukan perubahan. Perubahan itu harus kita lakukan pada ‘disruptive technology era’, dan kita bisa memanfaatkan peluang yang baik. Di Eropa dan Amerika terkenal dengan istilah revolusi industri 4.0, namun beda lagi di China, mereka mengenal istilah “Made in China 2025”. Jadi target mereka di tahun 2025 semua dunia menggunakan produk negeri Tiongkok. Saat ini mereka sedang menggembangkan kereta cepat sampai ke Eropa. Negara lain sudah menggembangkan ekonomi kelas dunia, disinilah peran pendidikan tinggi di Indonesia agar dapat mengisi pembangunan yang ada di negeri ini,” ujar Nasir di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Selasa, 17 April 2018.
Ia mengatakan, pendidikan jarak jauh harus tetap memperhatikan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi. Kemenristekdikti mengawasi dengan ketat penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.
Mulai dari pengelolaan sistem, bagaimana sistem pendidikan tersebut digelar, sistem pemberian tugas, serta sistem penjaminan mutu, yang merupakan bentuk dari ‘cyber university’.
“Saya memberikan mandat kepada UT untuk memberi masukan dan mendukung seluruh perguruan tinggi negwri dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh tersebut, sesuai dengan kapasitas dan fasilitas yang dimiliki UT,” kata Nasir.
Kebutuhan internet
Pendidikan jarak jauh akan sangat mengandalkan pemanfaatan teknologi dan dukungan infrastruktur jaringan internet yang baik. Nasir mengaku telah meminta dukungan dari PT. Telkom untuk meningkatkan jaringan internet di semua wilayah, terutama untuk perguruan tinggi wilayah Papua dan Papua Barat agar tidak tertinggal dari perguruan tinggi di pulau Jawa.
Ia mengatakan, semua perguruan tinggi terus didorong untuk merintis model kuliah nontatap muka ini.
Pasalnya, hal tersebut menjadi satu dari beberapa konsep pengembangan cyber university yang dipersiapkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Ia menuturkan, pendidikan jarak jauh akan diperkuat dengan payung hukum.
Pemerintah juga akan membentuk lembaga penjaminan mutu khusus untuk memastikan model pendidikan jarak jauh tetap berkualitas. Ia berharap, pendidikan jarak jauh dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu perguruan tinggi dalam menghadapi persaingan secara global.
Rektor ITB sekaligus Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Kadarsah Suryadi berharap, penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh ini dapat meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Indonesia yang saat ini masih di angka 31,5%.
“Saya kira apa yang disampaikan Pak Menteri ketika bertemu di Medan lalu, kita dapat meningkatkan APK kita yang rendah dibanding Malaysia 37.2%, Thailand 51.2%, Singapura 82.7% dan Korea 92.4%, ” ujar Kadarsah.
Rektor UT Ojat Darojat mengklaim, UT sudah mengambil langkah konkret dengan membangun kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia untuk mensukseskan program strategis pendidikan jarak jauh.
“UT siap sukseskan dan membantu perguruan tinggi lain dalam program PJJ dan Online Learning. Setidaknya UT sudah mendandatangi nota kesepahaman dengan 10 PTN dari berbagai daerah,” katanya.***
Sumber: Pikiran Rakyat