Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim memastikan tetap menerapkan metode pembelajaran jarak jauh pasca pandemi covid-19.
Hal ini disebutkannya dalam rapat kerja bersama komisi X DPR Kamis, tiga hari lalu.
Menanggapi hal tersebut, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Muhammad Rizal Hasibuan mengatakan bahwa terdapat beberapa kekurangan dari pemberlakuan pembelajaran jarak jauh secara permanen.
Yang pertama tidak adanya interaksi secara tatap muka baik antara siswa dengan pengajar ataupun dengan teman sebayanya.
“Hal ini memungkinkan akan terjadi pengurangan kemampuan dalam hal bersosialisasi dengan teman sebaya, ataupun mencoba saling memahami antar siswa maupun dengan pengajar,” ujar Rizal saat ditanyai Tribun Medan, Sabtu (4/7/2020).
Selanjutnya, terangnya, akan ada kesulitan akses yang didapat terkhusus bagi mereka yang berada di daerah terpencil.
“Kemudian kita juga tidak bisa memungkiri masih ada yang mengalami keterbatasan media. Baik itu dari segi jaringan maupun perangkat pendukungnya,” tambahnya.
Kekurangan yang terakhir menurut Rizal adalah kurangnya pemahaman antara pengajar dan siswa. Komunikasi via daring cenderung bersifat satu arah.
“Misalnya kalau di dalam kelas guru akan bisa secara langsung melihat apakah si siswa sedang bosan atau tidak. Nah itu akan membuat perlakuan yang diberikan juga bisa diantisipasi seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya ataupun beristirahat sejenak,” ujar Rizal.
Ia mengatakan bahwa selama ini pembelajaran jarak jauh yang memang bersifat mapan hanya sudah mampu diimplementasikan di Universitas Terbuka (UT).
Sebaliknya untuk satuan pendidikan yang lain dinilai belum cukup mampu untuk memberlakukan sistem ini.
“Oleh karena itu, harapannya pemerintah membuat standardisasi bahan ajar per tingkat pendidikan. Mulai dari SD sampai dengan SMA harus ditentukan bahan ajar yang disesuaikan dengan metode pembelajarannya,” tuturnya.
Kemudian, lanjut Rizal, perlu adanya dukungan akses yang diberikan terkhusus bagi siswa di daerah.
“Kemudahan mendapatkan akses bagi para siswa yang ada di daerah juga perlu diperhatikan. Karena kita tahu untuk mendapatkan fasilitas yang sama itu tentu tidak mudah, di daerah di Indonesia masih ada yang sulit sekali jaringan internet,” katanya.
Dan yang terakhir, terang Rizal adalah adanya pemberian subsidi kepada para pelaku pembelajaran untuk menjamin keberlangsungan metode pembelajaran jarak jauh yang sifatnya berkelanjutan.
“Ini merupakan pengalaman pertama bagi pendidikan kita. Semua tenaga pengajar dan pelaku pendidikan juga pasti mengalami kesulitan. Oleh karena perlu adanya bantuan subsidi yang tepat untuk menjaga keberlangsungan metode pembelajaran jarak jauh ini,” tutupnya
Sumber: Tribunnews