Melalui Webinar Asesmen dan Pembelajaran Literasi dan Numerasi di Masa Pandemi, Kemendikbud mengajak guru maupun orang tua untuk berperan aktif dalam mendampingi anak menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Webinar tersebut diselenggarakan Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud dan bertujuan untuk membangkitkan minat dan semangat guru agar tetap konsisten membantu perkembangan anak Indonesia di masa pandemi Covid-19. Hambatan dalam pembelajaran yang dihadapi selama masa pandemi menyebabkan adanya defisit kompetensi pada proses belajar-mengajar, sehingga guru perlu melakukan asesmen untuk mengetahui capaian belajar siswa.
Kepala Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Asrijanty, menyadari adanya penurunan kompetensi pada sistem pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Menurutnya, sebagian anak mungkin belajar, namun tidak optimal. Sementara sebagian bahkan mungkin tidak berkesempatan belajar sama sekali.
“Bila kejadian ini terus berlanjut, maka akan menyebabkan kerugian dan berpengaruh pada masa depan mereka. Hasil studi Pusat Penelitian Kebijakan Kemendikbud menunjukkan, (jumlah) siswa yang setiap hari belajar dalam seminggu tidak sampai 50 persen, dan waktu belajar pun kurang dari tiga jam dalam sehari. Oleh karena itu, asesmen oleh guru untuk mengetahui capaian siswa perlu dilakukan,” ujar Asrijanty saat membuka Webinar Asesmen dan Pembelajaran Literasi dan Numerasi di Masa Pandemi, Jumat (10/7/2020).
Webinar dibagi menjadi dua sesi dengan menghadirkan enam narasumber, yaitu Dinn Wahyudin, Guru Besar Bidang Ilmu Pengembangan Kurikulum Universitas Pendidikan Indonesia; Rahmawati dan Susanti Sufyadi, dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran; Sofie Dewayani, Satuan Tugas (Satgas) Gerakan Literasi Sekolah; Dicky Susanto, perwakilan dari Calvin Institute of Technology; dan Fourgelina, dari Yayasan Literasi Anak Indonesia.
Pada sesi pertama, Dinn Wahyudin mengenai bagaimana dan cara apa yang tepat untuk dilakukan dalam mendiagnosis kondisi siswa dalam aspek kognitif dan nonkognitif di masa pandemi Covid-19. Ia mendukung pernyataan Asrijanty mengenai adanya penurunan capaian siswa di masa pandemi. Kesimpulan ini didukung oleh kajian nasional dan internasional, salah satunya ialah kajian dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Karena itulah ia meyakinkan tenaga pendidik untuk benar-benar melakukan remedial teaching, yaitu peninjauan kemampuan serta kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, dan diagnostic treatment, yaitu mengidentifikasi dan merancang perlakuan yang perlu diberikan untuk menindaklanjuti proses pembelajaran berikutnya.
Selaras dengan hal itu, Koordinator Analisis dan Penelitian Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Rahmawaty, juga menjabarkan kelima prinsip yang harus ada pada proses asesmen, yaitu valid, reliabel atau konsisten, adil, fleksibel, dan memberikan umpan balik untuk pembelajaran. “Yang paling esensial dari asesmen adalah kita punya informasi, kita tahu siswa bisanya apa, tidak bisanya apa. Dan itulah yang akan kita refleksikan kepada pembelajaran ke depannya,” ungkapnya.
Rahmawati juga memaparkan materi yang dilengkapi dengan contoh dan produk yang lebih signifikan, salah satunya ialah cuplikan video dari aplikasi permainan yang dapat digunakan oleh tenaga pendidik, yaitu ‘Desatika’. Permainan Desatika yang seolah mengajak siswa untuk membangun desa selagi mengerjakan soal matematika, dianggap telah teruji. “Program ini sudah diujicobakan di lebih dari 400 SD di daerah tertinggal. Jadi kalau daerah tertinggal berhasil menggunakan ini, kami yakin Bapak Ibu sekalian yang ada di Nusantara juga dapat memanfaatkan aplikasi ini
Sumber: Kemdikbud