Bank Dunia mencatat sejumlah potensi kerugian jika sekolah terus-menerus ditutup akibat pandemi. Mulai dari kerugian akademis hingga potensi pendapatan yang akan hilang di masa depan.
Pemerintah mulai memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) kepada murid-murid sekolah secara terbatas. Meski menuai pro dan kontra, pembukaan sekolah dilakukan untuk menghindari dampak negatif pembelajaran jarak jauh (PJJ) terhadap anak-anak.
Seperti dikutip dari laman resmi Covid19.go.id, setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari diberlakukannya sekolah tatap muka. Pertama, kebijakan PTM bermaksud untuk menghindari ancaman putus sekolah.
Pembelajaran jarak jauh membuat anak terpaksa bekerja dan tidak belajar dengan optimal, terutama demi membantu keuangan keluarga selama pandemi. Survei Unicef menunjukkan, 1% atau 938 anak Indonesia (7-18 tahun) berhenti sekolah pada 2020.
Kedua, PTM terbatas diharapkan dapat menghindari penurunan capaian belajar anak. Pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran dari jarak jauh.
Berdasarkan kajian Bank Dunia, penutupan sekolah hingga Juni 2021 telah mengakibatkan hilangnya 0,9 tahun-1,2 tahun waktu pembelajaran anak Indonesia dan 25-35 poin skor PISA siswa di bidang membaca.
Ketiga, untuk mengurangi risiko psikososial atau kondisi individu yang mencakup aspek psikis dan sosial pada anak. Risiko ini meliputi peningkatan kekerasan pada anak di rumah, risiko pernikahan dini, eksploitasi anak, dan kehamilan pada remaja.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan, terdapat 419 kasus kekerasan seksual dan 249 kasus kekerasan fisik pada anak sepanjang 2020. KPAI juga mencatat terdapat kenaikan permohonan dispensasi perkawinan anak hingga 300% pada 2020. Sementara terdapat 234 kasus eksploitasi dan perdagangan anak yang diterima KPAI pada April 2021.
Berdasarkan estimasi Bank Dunia, potensi penghasilan yang hilang di masa depan pada siswa ketika masuk ke pasar kerja sebesar US$ 408-578 per siswa. Adapun untuk seluruh siswa mencapai US$ 253-359 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 24-34% PDB Indonesia tahun 2020.
Untuk mempercepat PTM dan memulihkan kerugian dalam jangka pendek, sekolah dan guru perlu mengevaluasi apa yang telah dipelajari siswa selama diterapkannya penutupan sekolah serta menggunakan metode pendekatan kepada setiap siswa untuk mempercepat proses pembelajaran.
Dalam jangka menengah, membuka kembali sekolah secara bertahap setelah semua guru divaksinasi. Sekolah diharapkan dapat menerapkan pedoman kesehatan jangka panjang, termasuk memastikan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan yang layak bagi siswa.
Adapun dalam jangka panjang, pemerintah harus bisa meningkatkan ketahanan layanan pendidikan terhadap berbagai guncangan di masa depan termasuk pandemi, perubahan iklim, dan ancaman lainnya.
Sumber : katadata.co.id