Mengenal Lebih Jauh Prof. Nizam Sang Nakhoda di Pendidikan Perguruan Tinggi


Pria itu bernama Prof. Nizam. Dia merupakan Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dikti Ristek), Kemendikbud Ristek.

Sebelum Kemendikbud dan Kemenristek melebur jadi satu, dia hanya fokus mengurus pendidikan tinggi. Namun, setelah digabung, dia juga menakhodai pengembangan riset dan teknologi.

Saat berkarier di Universtas Gadjah Mada (UGM), Nizam merupakan dosen dengan status Guru Besar di Teknik Sipil.

Di perguruan tinggi, Nizam merupakan sosok yang membidani mahasiswa menjalankan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) lewat perantara tangan dingin rektor di seluruh perguruan tinggi Indonesia.

Menurut Nizam, program MBKM yang dijalankan seperti pertukaran mahasiswa, program magang, mengajar di sekolah, membangun desa, proyek kemanusiaan, penelitian, dan sebagainya.

Program MBKM ini, kata dia bertujuan membekali mahasiswa dengan kompetensi dan pengalaman yang nyata.

Dengan begitu, mahasiswa memperoleh pengalaman dan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja.

Hal itu bertujuan dalam menjawab tantangan industri revolusi industri 4.0 yang lebih kompleks.

“Karena perguruan tinggi dituntut untuk memperoleh lulusan yang kreatif, inovatif, dan adaptif,” kata Nizam saat saat dihubungi Kompas.com belum lama ini, seperti diberitakan Senin (8/11/2021).

Pria yang lahir di Surakarta ini mengaku, saat ini Indonesia memiliki 4.593 perguruan tinggi, 29.413 program studi (Prodi), 312.890 dosen, dan 8,4 juta mahasiswa.

Di program MBKM 2021, kata dia, sudah ada pertukaran 20.000 mahasiswa, 15.000 mahasiswa yang menjalani magang, dan 35.000 mahasiswa yang melakukan kampus mengajar di sekolah.

Kemudian, ada 20.000 mahasiswa yang membangun desa, 8.000 mahasiswa yang melakukan studi atau proyek mandiri, 10.000 mahasiswa yang melakukan inovasi, dan lainnya.

“Setelah memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang unggul dari program MBKM ini, maka akan mewujudkan Indonesia maju yang dicita-citakan bersama,” jelas suami dari Sri Puji Saraswati ini.

Nizam mengatakan, pada awalnya mahasiswa yang menjalankan program MBKM akan merasa kurang nyaman.

Namun, sebut Nizam, perguruan tinggi harus bisa keluar dari zona nyaman itu.

Sebab, tantangan mahasiswa ke depan akan semakin kompleks dengan perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang pesat.

“Sehingga kemampuan lintas keilmuan menjadi sangat penting dan kewirausahaan juga harus dikembangkan bagi para mahasiswa,” tutur pria yang berkantor di Gedung D Kemendikbud Ristek, Senayan, Jakarta.

Lebih lanjut dia menyebutkan, mahasiswa yang mengikuti program MBKM harus diapresiasi oleh perguruan tinggi.

Pasalnya, program itu setara dengan 20 SKS yang nantinya memperoleh pengalaman dan pelajaran baru di luar ilmu yang sedang digapai di bangku kuliah.

“Harapan saya, melalui MBKM, mahasiswa bisa berkembang optimal, agar kampus makin menyenangkan di mata mahasiswa, tidak seperti selama ini,” sebut pria yang meraih gelar Doktor of Philosophy yang diraihnya dari University of London, UK.

Perguruan tinggi didorong keluarkan produk Merah Putih

Di dalam program MBKM, sebut dia, perguruan tinggi didorong untuk menghasilkan produk Merah Putih asli bikinan dari mahasiswa (anak bangsa).

Sebab, sejauh ini kampus hanya menjadi tukang jahit atau merakit hasil lisensi dari produk asing saja.

“Selama sembilan tahun ini, teknologi sudah dikuasai. Saatnya kita membangun,” tutur pria yang suka gemar mengayuh sepeda ini.

Pria yang pernah menjadi Kepala Pusat Penilaian Pendidikan di Kemendikbud ini menyebutkan, sudah ada beberapa produk kendaraan listrik Merah Putih yang dihasilkan mahasiswa perguruan tinggi Indonesia.

Produk itu yakni skuter listrik Gesits dan mobil Bledhex milik kampus ITS, kendaraan listrik di Bandara milik UGM, dan sebagainya.

Tak hanya produk yang dikembangkan, riset hijau juga sedang dikembangkan di perguruan tinggi.

“Laptop dan tablet Merah Putih di bidang teknologi dan informasi juga sedang dikembangkan, mereka yang mengerjakan adalah konsorsium dari ITB, UGM, ITS, dan UI,” jelas dia.

Berbagai alat kesehatan, obat-obatan, dan vaksin juga dikembangkan oleh perguruan tinggi, demi meredam pandemi Covid-19.

“Selama sembilan tahun ini, teknologi sudah dikuasai. Saatnya kita membangun,” tutur pria yang suka gemar mengayuh sepeda ini.

Pria yang pernah menjadi Kepala Pusat Penilaian Pendidikan di Kemendikbud ini menyebutkan, sudah ada beberapa produk kendaraan listrik Merah Putih yang dihasilkan mahasiswa perguruan tinggi Indonesia.

Produk itu yakni skuter listrik Gesits dan mobil Bledhex milik kampus ITS, kendaraan listrik di Bandara milik UGM, dan sebagainya.

Tak hanya produk yang dikembangkan, riset hijau juga sedang dikembangkan di perguruan tinggi.

“Laptop dan tablet Merah Putih di bidang teknologi dan informasi juga sedang dikembangkan, mereka yang mengerjakan adalah konsorsium dari ITB, UGM, ITS, dan UI,” jelas dia.

Berbagai alat kesehatan, obat-obatan, dan vaksin juga dikembangkan oleh perguruan tinggi, demi meredam pandemi Covid-19.

“Jadi itulah yang dilakukan dan dihasilkan dalam program MBKM, agar perguruan tinggi terus berkarya dan menghasilkan SDM yang unggul, agar perguruan tinggi kita lebih maju, dan membawa bangsa lebih baik,” tutur pria yang ikut dalam tim inti penyusunan UU Pendidikan Tinggi pada 2012.

Sumber : Kompas.com