Jakarta: Universitas Gadjah Mada (UGM) telah memulai metode perkuliahan campuran, luring dan daring, sejak Oktober 2021. Metode yang disebut blended learning itu ternyata lebih disukai para tenaga pengajar di UGM.
“74,1 responden dosen UGM pada semester ini lebih senang dan memilih menggunakan metode bauran atau blended learning,” kata Rektor UGM Panut Mulyono dalam Webinar E-Resource Perpustakaan Nasional RI Mendukung Kampus Merdeka, Senin, 20 Desember 2021.
Namun, ada juga dosen yang menyukai kelas daring secara penuh. Survei mencatat, dosen UGM yang kuliah daring penuh jumlahnya 17,8 persen.
“Sedangkan 8,1 persen dosen lebih menyukai kuliah konvensional penuh di kelas,” tutur Panut.
Panut mengatakan, tingginya jumlah dosen yang suka menggunakan metode hybrid terjadi akibat kesadaran dosen dan mahasiswa jika perkuliahan tidak selalu harus dilakukan dalam kelas. Hal itu juga didorong kondisi pandemi covid-19.
Menurut Panut, sebelum pandemi, UGM telah membuat rancangan metode perkuliahan blended. Setidaknya, 40 persen mata kuliah di UGM dapat dilakukan secara daring.
“Sebetulnya UGM sendiri, di 2019 sebelum masa pandemi UGM mengeluarkan peraturan bahwa semua isi dari mata kuliah 40 persen kontennya bisa disajikan secara daring saat itu baru dimanfaatkan sedikit. Tapi akhirnya kini 2020 semua bisa daring. Hingga akhirnya kini mulai blanded,” tutur Panut.