SURABAYA – Indonesia bakal mengalami musibah saat merayakan ulangtahunnya yang ke 100 pada tahun 2045 mendatang.
Tragedi ini diyakini bakal menimpa bangsa Indonesia jika sistem pendidikan di negeri ini tidak segera dibenahi.
Guru Besar di bidang Hukum dari Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya ini meyakini ada yang salah dalam sistem pendidikan di Indonesia.
“Pembebanan pembelajaran pada baca, tulis, dan hitung (calistung) justru menumbuhkan generasi galau,” tandas Dr Soetanto Soepiadhy SH MH, Sabtu (4/2/2017).
Ditemui di Hotel Singgasana Surabaya sesaat sebelum merilis bukunya yang ke-77 berjudul 2045 –Menuju Berkah atau Musibah? Soetanto menambahkan adanya ujian nasional (UN) maupun perploncoan bagi anak didik usia emas pun hanya menciptakan generasi yang mencari identitas diri.
Menurut Soetanto, sistem pendidikan yang berlaku sekarang hanya membuat anak didik justru tertekan, jenuh, bosan, dan beragam sifat negatif lainnya.
“Di sisi lain, juga bakal menghadirkan sosok-sosok yang suka kekerasan, egois, tidak tepo seliro, dan mau menangnya sendiri, bahkan ketika sudah menjadi pemimpin bangsa,” papar ayah dua anak ini.
Ditekankan Soetanto, anak yang pandai di bidang matematika tidak lebih baik dari mereka yang hanya suka menggambar dan menggeluti dunia seni lainnya. Kondisi inilah yang diyakini Soetanto akhirnya membuat homeschooling jadi tumbuh pesat belakangan dibanding sekolah formal.
Solusinya, dosen Ilmu Hukum di Untag Surabaya ini berharap supaya anak-anak di usia emas ini dibiarkan menjadi diri sendiri dan berjalan apa adanya.
“Jangan hanya menekankan pada pendidikan yang materialistik. Karena tidak ada jaminan anak yang punya IP bagus akan jadi bagus pula (karakternya),” ucap pria yang setiap dua bulan sekali merilis buku baru ini.
Sumber : Tribunnews