Bobby Vs Kotak Kosong: Pilkada Medan Mencari Walikota, Bukan Boneka


 Pilkada Medan mencari walikota, bukan boneka. Jika Akhyar Nasution ‘digagalkan calon Walikota Medan’ atau calon lain ‘dihalangi’ menjadi calon, maka dipastikan calon tunggal akan melawan kotak kosong.

“Jika Kota Makassar sukses memilih kotak kosong, Medan bisa jadi mengulang sukses itu,” ungkap Mantan Direktorat Relawan Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Amin Sumut yang juga Ketua Umum Relawan Indonesia Kerja (RIK) Jokowi, Sahat Simatupang, Rabu 24 Juni 2020.

Menurut Sahat, kalau Bobby Nasution melawan kotak kosong, sebagai eks Direktorat Relawan Tim Kampanye Daerah Jokowi-Ma’ruf Amin, dirinya yakin warga Medan akan memilih kotak kosong.

Apa sebabnya? karena di akar rumput pembicaraan seputar Bobby Nasution memborong semua parpol agar calon tunggal ternyata sudah massif.

“Karena memborong semua parpol itu dianggap sebagai simbol ambisi kekuasaan, maka saya yakin warga Medan yang ingin Pilkada Medan memilih calon walikota yang terbaik akan mencegah calon tunggal menang,” beber Ketua Perhimpunan Aktivis 98 Sumut ini.

“Dan pilihan paling realistis adalah memenangkan kotak kosong. Memilih kotak kosong atau calon tanpa gambar adalah bentuk partisipasi demokrasi yang diperbolehkan undang-undang,” sambung Sahat.

Sebetulnya, kata Sahat, jika bukan karena undang-undang dan peraturan KPU yang melarang mantan gubernur/wakil gubernur turun berlaga di Pilkada Kabupaten/Kota, nama mantan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi masih cukup kuat di kawasan Medan Utara.

Namun dia (Tengku Erry) tidak bisa turun kelas jadi calon walikota. “Pengecualian kepada mantan Wakil Gubernur Sumut Nurhajizah Marpaung yang menang judicial review di Mahkamah Agung dan boleh calon bupati di Asahan karena status Nurhajizah bukan dipilih melalui Pilkada melainkan menggantikan posisi Erry Nuradi yang naik menjadi Gubernur menggantikan Gatot Pujo Nugroho,” jelas Sahat.

Sumber: drberita.com