Selaras dengan Asesmen Nasional Berbasis Komputer atau ANBK yang digelar pemerintah, sejumlah mahasiswa peserta Kampus Mengajar menjalankan program-program pendukung kompetensi literasi dan numerasi siswa sekolah di penjuru Indonesia. Seperti apa program mahasiswa untuk adik-adik di sekolah?
Ilham Fadilah Makhfud, mahasiswa peserta Kampus Mengajar Angkatan 2 menuturkan, ia dan teman-teman satu timnya memulai bimbingan literasi siswa kelas rendah dan numerasi untuk kelas tinggi di SD Negeri 1 Cingebul, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, tempat mereka ditugaskan. Terkadang, siswa kelas rendah juga mereka ajari numerasi, dan kelas tinggi belajar literasi.
Agar anak-anak tertarik belajar, kata mahasiswa Universitas Wijaya kusuma Purwokerto ini, ia dan timnya memperbaiki perpustakaan sekolah yang ikut kena banjir beberapa waktu lalu. Mereka berniat untuk mengajar para siswa SD tersebut belajar di ruang kelas, seperti di perpustakaan, agar lebih semangat.
Setelah observasi kebutuhan sekolah sejak bertugas pada 4 Agustus 2021, lanjut Ilham, ia dan kawan-kawan mulai membenahi buku, membersihkan perpustakaan, dan membuatnya lebih nyaman.
“Mereka senang belajar di luar kelas, antusias, bahkan saat perpustakaan belum benar-benar selesai (dibenahi),” kata Ilham dalam siaran di kanal YouTube Direktorat Sekolah Dasar, Senin (25/10/2021).
Setelah rampung, kata Ilham, siswa SDN 1 Cingebul bisa mengambil banyak buku untuk dibaca bersama. Sebab, tidak semua anak bisa membaca, ia dan teman-temannya juga membagikan cerita pada adik-adik sekolah tersebut.
Sambil melancarkan kosa kata dan literasi, sambungnya, mereka juga menggelar permainan, seperti sambung kata, tebak-tebakan, dan mengeja. Siswa SD yang masih mengeja diberi latihan mendengarkan dan menulis kata yang ia dengar.
Menurut Ilham, kendati tidak seperti yang ia targetkan, para siswa yang semula mengeja perlahan mulai lancar membaca. Adapun yang sudah bisa membaca, mulai bisa memahami apa yang mereka baca.
Sementara itu, lanjut Ilham, siswa SD kelas tinggi juga dilatih soal matematika, khususnya perkalian. Menurutnya, karena efek pembelajaran daring, siswa jadi terhambat dalam pelajaran matematika.
Dari bimbingan numerasi tersebut, kata Ilham, mereka juga mendapati potensi siswa yang dengan kemampuan amat baik di bidang matematika.
“Yang lain belum bisa perkalian, ia sudah bisa semuanya saat dibimbing, sampai kami kewalahan,” ujarnya gembira.
Pendukungan literasi juga dilakukan Ilham dan teman-temannya di bidang budaya dan adaptasi teknologi. Ia menjelaskan, para mahasiswa di sana juga mengenalkan siswa-siswa SD untuk belajar mengenal teknologi komputer, menata taman bunga, dan wayang lewat karton di program Pojok Budaya.
Penguatan literasi dalam makna luas juga diperkenalkan Salsa Yusari Dilta, Duta Wilayah Sumatera Barat Kampus Mengajar Angkatan 1. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Negeri Padang ini juga menggelar berbagai lomba untuk mendukung semangat belajar siswa SD dan keberanian dalam berkomunikasi di depan publik.
Salsa menuturkan, program intinya di Kampus Mengajar semula membenahi perpustakaan dan membantu proses belajar-mengajar siswa kelas V di SDN 15 Desa Pakasai, Pariaman, Sumatra Barat.
Agar siswa semangat belajar, kata Salsa, ia lalu mengajak siswa untuk membiasakan membaca materi sebelum sebuah kelas mata pelajaran dimulai. Salsa menambahkan, dirinya juga menggunakan media balok yang ia punya untuk belajar numerasi.
Karena sebagian masa Kampus Mengajar Angkatan I juga berlangsung bulan Ramadhan, Salsa dan kelima mahasiswa di SDN 15 Desa Pakasai menggelar Pesantren Ramadhan. Kegiatan ini, sambungnya, berisi rangkaian belajar yang penuh perlombaan.
Agar tidak bosan, Salsa juga menggunakan video kartun nabi sebagai media belajar. Ia menjelaskan, hasil menonton lalu juga diujikan, dengan siswa yang dapat menjawab diberi hadiah. Sistem reward, kata Salsa, juga berlaku untuk kegiatan-kegiatan bersifat lomba lainnya.
Salsa menuturkan, membuat para siswa berani berkomunikasi di depan umum menjadi salah satu yang ditekankan pada programnya. Salah satu siswanya di Kampus Mengajar, kata Salsa, punya minat belajar sedikit rendah kendati cerdas. Suaranya pun kecil saat berkomunikasi.
“Ini lalu dikonsul dengan sekolah dan pamong agar potensinya tidak sia-sia, agar berani maju ke depan saat Pesantren Ramadhan,” kata Salsa.
Untuk menyiapkan reward dan melaksanakan prokernya, Ilham dan Salsa mengaku menggunakan dana probadi dan insentif Kampus Mengajar yang diberikan Kemendikbudristek. Ilham mengatakan, penggunaan dana di programnya cukup minim, di samping menurutnya fasilitas serta sarana-prasarana tidak menghalangi program literasi dan numerasinya berjalan.
“Dana pribadi, karena tidak mungkin minta sekolah. (Uang saku) kita dapat dari insentif Kemendikbudristek, ini jauh berlebih dari pengeluaran untuk program SD tersebut,” kata Salsa.
Sementara itu menurut Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kab. Penajem Paser Utara Alimuddin, mahasiswa Kampus Merdeka sedapatnya menggunakan dana BOS sekolah alih-alih dana pribadi. Ia mengatakan, program pemerintah seperti Kampus Mengajar sudah sepatutnya menggunakan dana pemerintah. Dengan demikian, insentif Kampus mengajar dapat digunakan mahasiswa untuk makan, transportasi, dan tempat tinggal.
“Anak-anak (mahasiswa) enggak usah malu bicara. (Dana) perlu dirancang, apalagi jika (program yang dirancang mahasiswa) tidak ada (sebelumnya di sekolah itu). Sekolah sudah tercover di mata anggaran. Jika (program tersebut) jadi rutin, disiapkan Kepala Dinas. Jadi masukkan anggaran (pemerintah), sekecil apapun. Prinsip saya, jika tugas negara diemban, perlu didanai,” kata Alimuddin.
“Pengunaan dana BOS sangat fleksibel di pandemi. Jadi (mahasiswa saat) datang pun jangan sampai karena harus keluar dana, idenya tidak tereksplor. Jika penting, sampaikan ke sekolah. Jadi penting ya, sinkronisasi,” pungkasnya.
Rama Arya dari Direktorat Sekolah Dasar Kemdikbudristek mengatakan, Kampus Mengajar Angkatan III segera digelar awal tahun 2022, setelah masa Angkatan II rampung tengah Desember ini .