G20 Bidang Pendidikan, Indonesia Bahas Kebijakan Pendidikan untuk Pemulihan Pembelajaran


Bandung, Kemendikbudristek – Menilik dampak pandemi terhadap kondisi pembelajaran di Indonesia khususnya, berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), selama pandemi siswa mengalami kehilangan pembelajaran (learning lost) yang setara dengan enam bulan dan lima bulan belajar masing-masing untuk literasi dan numerasi. Padahal sebelum pandemi, kemajuan pembelajaran selama satu tahun pendidikan di jenjang SD adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi.

“Jika tidak segera diatasi, learning lost ini akan berpengaruh pada keseluruhan kualitas pendidikan di Indonesia,” tutur Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda dalam konferensi pers yang digelar secara daring melalui kanal YouTube Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Kamis (19/5). Disadari atau tidak, setelah satu tahun pandemi, para siswa mengalami penurunan kemampuan belajar dan pengetahuan baik secara spesifik atau umum.

Ia melanjutkan, guna menjawab kondisi tersebut, di tahun 2020, Kemendikbudristek mengambil beberapa kebijakan. Pertama adalah menghadirkan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) yang berfokus pada perkembangan dan perbaikan capaian belajar serta lingkungan sekolah. “Ini dapat menjadi pemetaan awal dampak learning lost,” ujar Maudy. Adapun hasil dari pemetaan awal ini, dapat diakses oleh pemerintah daerah dan sekolah melalui platform Rapor Pendidikan sebagai bahan refleksi dalam menentukan langkah lebih lanjut yang berbasis data.

Kedua, pengembangan teknologi digital dalam pendidikan. Menurutnya, teknologi tentu tidak dapat menggantikan peran guru sebagai ujung tombak pendidikan. Oleh karenanya, kebijakan digitalisasi sekolah perlu diimbangi dengan program peningkatan kompetensi guru, khususnya di bidang penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. “Guru yang kompeten dalam mengoperasikan teknologi pendidikan pastinya mampu mempercepat terciptanya SDM yang unggul,” ucapnya.

Kemendikbudristek menciptakan terobosan melalui platform Merdeka Mengajar yang dirancang khusus bagi guru untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan memberi kesempatan para guru berkolaborasi satu sama lain. Dengan demikian, kapasitas dan keterampilan para guru dapat meningkat. “Diharapkan, kehadiran platform ini dapat  menginspirasi seluruh anggota G20,” kata Maudy.

Ketiga, presidensi G20 juga menekankan pentingnya memperbarui komitmen dunia di bidang pendidikan dalam konferensi transformasi pendidikan. “Transforming Education Summit (TES) merupakan wadah untuk memobilisasi semangat, komitmen dan kemauan politik yang lebih besar, untuk membalikkan kemunduran agenda suistanable development goals yang keempat yaitu menata kembali pendidikan dan mempercepat kemajuan pendidikan dan agenda SDGs 2030,” demikian Maudy menjelaskan.

Sehari sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim juga menjelaskan bahwa prinsip gotong royong menjadi landasan dalam transformasi pendidikan Indonesia khususnya dalam pemulihan pascapandemi.

Menteri Nadiem menggarisbawahi prinsip gotong royong sebagai nilai yang dipegang teguh bangsa Indonesia. Nilai gotong royong ini diyakininya dapat menginspirasi dan menjadi kunci bagi para delegasi untuk berkolaborasi menuju masa depan pendidikan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan dengan adanya pendidikan berkualitas untuk semua.

“Saya sangat percaya bahwa gotong royong adalah kunci transformasi guna menciptakan pendidikan berkualitas untuk semua dan transformasi menuju masa depan yang lebih baik, lebih berkelanjutan,” tegasnya pada pertemuan kedua Kelompok Kerja Pendidikan (Education Working Group/EdWG) G20 yang dibuka pada Rabu (18/5) secara hibrida.

Mendikbudristek lebih lanjut mengatakan, ekosistem pendidikan Indonesia secara bergotong royong telah melakukan akselerasi transformasi sebagai solusi krisis pembelajaran yang sudah menahun dan diperparah oleh pandemi. Melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar, pemulihan pembelajaran dilakukan antara lain dengan menghadirkan Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional, dan Program Guru Penggerak.