[huge_it_gallery id=”1″]
Apa pun nama kurikulumnya, bukankah sebenarnya tetap KTSP yang akan selalu digunakan di kelas?” celetuk salah seorang teman guru saat kami membicarakan tentang informasi perubahan Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka yang rencananya akan diterapkan secara nasional pada 2024.
Saya heran mendengar celetukan tersebut keluar begitu saja dari seorang guru meskipun sebenarnya saya tahu hal itu bukan omong kosong. Harus diakui bahwa saat ini masih banyak guru yang telanjur nyaman mengajar di kelas dengan cara lama dan selalu sama. Apa lagi kalau bukan teacher centered yang biasa digunakan di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibentuk pada 2006.
Itu artinya meskipun pemerintah merancang kurikulum baru, tidak semua pendidik menyambut dengan baik dan bersedia mengikuti. Sejak KTSP diubah menjadi KBK kemudian berganti nama menjadi Kurikulum 2013, tidak semua guru mencoba belajar menerapkannya. Model pembelajaran teacher centered masih menjadi idola dan andalan. Lebih singkatnya hanya ada kepatuhan administratif terhadap kurikulum baru tanpa peningkatan kualitas proses pembelajaran yang diharapkan.
Pernyataan seorang guru yang saya ceritakan di atas menandakan bahwa Kurikulum Merdeka tidak akan mudah dijalankan. Pernyataan itu membuktikan adanya kemalasan dari para pendidik untuk melakukan perubahan. Tentu saja hal ini merupakan masalah besar bagi dunia pendidikan.
[huge_it_gallery id=”1″][huge_it_gallery id=”1″]
Baca artikel detiknews, “Jalan Terjal Merdeka Belajar” selengkapnya https://news.detik.com/kolom/d-6148692/jalan-terjal-merdeka-belajar.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/