Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Daryanto meminta masyarakat jangan membebankan pendidikan karakter hanya ke sekolah, namun juga keluarga, dan masyarakat.
“Penguatan pendidikan karakter jangan hanya dibebankan pada sekolah saja, harus bergerak serentak, bersama-sama dan berimbang dari tri sentra pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat,” ujar dia di Jakarta, Ahad (18/2).
Dengan demikian, kata Daryanto, tanggung jawab pendidikan bukan dibebankan kepada sekolah semata, tetapi juga pergerakan awal yang dimulai dari lingkungan keluarga.
“Interaksi kasih sayang murid dengan orang tua, sanak saudara, dan kakek nenek itu juga menentukan. Setelah itu, baru kondisi lingkungan masyarakat pun harus menunjang,” kata Daryanto.
Daryanto menyebut tentang prinsip saling asah, asih, dan asuh dalam dunia pendidikan yang harus dapat terlaksana dengan baik.
Sebelumnya, Kemendikbud mengatakan proses mediasi penganiayaan Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 di Labuan Uki, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, berjalan lancar.
Dia menjelaskan, korban yang menjabat sebagai kepsek, Asri Tampi, sudah mendapatkan perawatan medis. Begitu pelaku, M, sudah diamankan pihak kepolisian dan sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Daryanto menambahkan, pelaku kekerasan adalah orang tua siswa dan bukan siswa sehingga siswa tetap bersekolah seperti biasa dan diberi pembinaan oleh guru dengan dibantu Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow.
Kasus penganiyaan Asri Tampi berawal dari isu alat tes kehamilan yang beredar di kalangan siswa. Sejumlah siswa pun dipanggil, termasuk Putri, anak dari pelaku yang menganiaya Astri, berinisial DP (41 tahun) alias M.
M pun kemudian dipanggil karena anaknya terduga mengunggah foto alat tes kehamilan yang seharusnya tidak menjadi perbincangan pada usia mereka.
Saat anaknya diminta untuk menandatangani surat pernyataan, M pun emosi serta mengancam, lantas menendang meja kaca di depannya.
Sumber: Republika.com