Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah mundur dari Program Organisasi Penggerak Kemdikbud


Foto-Rektor-UADMajelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan mundur dari Program Organisasi Penggerak Kemdikbud yang diresmikan 10 Maret 2020 lalu.

Pernyataan Sikap tersebut disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Dr Kasiyarno, dalam keterangan pers, Selasa (21/7) malam.

da dua hal yang menjadi pertimbangan mengapa Muhammadiyah mundur.

Pertama, Muhammadiyah memiliki 30.000 satuan pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Persyarikatan Muhammadiyah sudah banyak membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan sejak sebelum Indonesia merdeka. Dengan melihat itu semua, tidak sepatutnya diperbandingkan dengan organisasi masyarakat yang sebagian besar baru muncul beberapa tahun terakhir dan terpilih dalam Program Organisasi Penggerak Kemdikbud RI sesuai surat Dirjen GTK tanggal 17 Juli Tahun 2020 Nomer 2314/B.B2/GT/2020.

Kedua, kriteria pemilihan organisasi masyarakat yang ditetapkan lolos evaluasi proposal sangat tidak jelas, karena tidak membedakan antara lembaga CSR yang sepatutnya membantu dana pendidikan dengan organisasi masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah.

“Karena itu pula, kami mengimbau Kemdikbud meninjau kembali hasil seleksi,’ ujar Kasiyarno.

Dikatakannya program Organisasi Penggerak merupakan program serius dalam peningkatan kualitas Pendidikan dan penguatan Sumber Daya Manusia terutama para aktor-aktor Pendidikan.

Melihat permasalahan dan tantangan serta harapan masa depan pendidikan di Indonesia, sebagai salah satu garda terdepan bangsa, maka melalui Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, ikut terpanggil untuk bersama mewujudkan perubahan pendidikan dengan mengajukan proposal Program Pengembangan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru Penggerak.

Mengingat rekam jejak yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah terhadap bangsa ini telah dilakukan sejak tahun 1918, yang meliputi tidak hanya dibidang kesehatan dan gerakan sosial keummatan tetapi juga bidang pendidikan. Infrastruktur yang dimiliki oleh Majelis Dikdasmen seluruh Indonesia sangat lengkap. Dalam melaksanakan kegiatan ini, Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang berkembang pesat di pelosok negeri akan dilibatkan dalam program pengembangan kompetensi kepala sekolah dan guru penggerak di seluruh wilayah.

Akan tetapi, setelah mengikuti proses seleksi dalam Program Organisasi Penggerak Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud serta mempertimbangkan beberapa hal, maka Majelis Dikdasmen Muhammadiyah menyatakan mundur dari keikutsertaan program tersebut.

Meski demikian, Muhammadiyah akan tetap berkomitmen membantu pemerintah dalam meningkatkan pendidikan dengan berbagai pelatihan, kompetensi kepala sekolah dan guru melalui program-program yang dilaksanakan Muhammadiyah.

“Sekalipun tanpa keikutsertaan dalam Program Organisasi Penggerak ini,” tandas Kasiyarno.

Kemendikbud sendiri melalui tim seleksi Independen telah mengumumkan ada 183 proposal dari 156 organisasi penggerak yang masuk seleksi akhir di pertengahan Juli ini. Muhammadiyah, sebagaimana dikatakan Kasiyarno, lolos seleksi untuk katagori gajah atau organisasi dengan cakupan paling besar.(j02).

Sumber: Waspada