Mahasiswa Unair Kembangkan Robot Pensteril Kamar Operasi


SURABAYA — Lima mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (Unair) mengembangkan robot medis yang mampu mensterilkan ruang bedah atau kamar operasi. Lima mahasiswa Jurusan Otomasi Sistem Informasi Fakultas Vokasi Unair tersebut yakni, Akhmad Afrizal R (semester IV), Mokhammad Deny B (semester VI), Rizky Altryara (semester VI), dan Pratama Bagus B (semester VI).

Penelitian berjudul Luvizer” (Line Ultraviolet Sterilizer) Artificial Device Pengoptimalisasi Daya Germisidal Sinar UV (Ultraviolet Germicidal Irradiation) Sebagai Alat Pensteril Kamar Operasi tersebut mendapat dana hibah bidang Karsa Cipta dari Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam Program Kreativitas mahasiswa (PKM-KC) 2016.

Menurut Akhmad Afrizal R, gagasnya robot pensteril kamar operasi tersebut karena berkembangnya isu-isu tentang patient safety akhir-akhir ini banyak disorot dalam dunia kesehatan. Sehingga untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mengurangi resiko kecelakaan (malpraktik), salah satu cara yang dapat ditempuh dengan melakukan strerilisasi ruangan.

Ia menjelaskan, ruangan harus steril karena alat-alat medis maupun ruangan itu digunakan untuk proses perawatan pasien, seperti kamar pasien, dan ruang bedah/operasi. Dengan sterilisasi sekaligus sebagai upaya menghindarkan pasien dari kontaminasi bakteri maupun virus.

“Jika tidak steril maka dapat mengganggu kelancaran proses bedah yang dilakukan petugas medis serta meningkatkan resiko kegagalan dalam proses pembedahan, seperti terjadinya infeksi akibat bakteri udara,” kata Akhmad Afrizal kepada wartawan, Rabu (8/6).

Dengan perkembangan teknologi di bidang bio engineering, pilihan dengan robot medis bernama Luvizer dinilai tepat. Robot sterilisasi ini merupakan gabungan dari robot line follower dengan alat sterilisasi manual yang dapat dikontrol jarak jauh secara digital menggunakancontroller arduino, sehingga dapat melakukan desinfeksi ruang operasi.

Metode desinfeksi ini diaplikasikan menggunakan cahaya ultraviolet (UV) yang memiliki panjang gelombang cukup pendek untuk membunuh mikroorganisme. Selain itu, cahaya UV efektif untuk menghancurkan asam nukleat pada organisme ini yang menyebabkan DNA-nya terganggu oleh radiasi UV. Sehingga organisme ini tak dapat melakukan fungsi-fungsi sel penting.

Menurut Afrizal, robot Luvizer yang dirancang ini sempat mengalami perubahan konsep berkali-kali, dan akhirnya dapat terwujud menjadi sebuah robot medis pensteril kamar operasi. Robot medis ini diklaim sangat aman dengan sensor Passive Infrared Receiver (PIR) yang mampu mendeteksi suhu manusia.

Mokhamad Deny B menambahkan, lampu ultraviolet yang digunakan merupakan jenis UVC dengan panjang gelombang 260 nm. Lampu ini radiasinya memiliki efek kimia dan efek germicidal yang mampu membunuh bakteri.

“Kami menambah sensor PIR supaya jika terdeteksi ada orang di dalam ruang operasi, robot ini otomatis mati, sehingga petugas medis bebas paparan radiasi tersebut,” imbuh Mokhamad Deny B.

Mereka mengakui, secara keseluruhan robot ini belum siap untuk diproduksi secara masal, sehingga masih harus terus dikembangkan dan diuji lagi. Namun, di masa mendatang Luvizer diharapkan dapat diaplikasikan secara luas, sehingga mampu meningkatkan efektifitas paparan radiasi germicidal pada ruang operasi.

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *