Sebanyak 34.933 dosen di Indonesia masih bergelar sarjana atau S-1, sedangkan jumlah profesor masih kurang sekitar 16.000 orang. Saat ini, profesor yang ada baru sebanyak 5.489 orang. Padahal, dengan total perguruan tinggi yang mencapai 4.350 kampus, paling sedikit dibutuhkan sekitar 22.000 profesor.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti menuturkan, mutu dan kompetensi dosen akan menentukan kualitas lulusan sekaligus reputasi suatu perguruan tinggi. Menurut dia, tenaga pendidik atau dosen memiliki peran besar dalam mempersiapkan generasi masa depan yang kompetitif.
“Makanya, kami terus berusaha meningkatkan mutu dan kompetensi dosen. Kami berkomitmen meningkatkan jumlah tenaga pendidik serta ilmuwan yang kompetitif di masa depan. Kami memiliki sejumlah skema beasiswa pascasarjana (S-2 dan S-3), baik di universitas dalam negeri maupun luar negeri untuk meningkatkan kompetensi tersebut,” ujar Ghufron di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Senin, 5 Juni 2017.
Ia menjelaskan, pada tahun ini pemerintah menyiapkan tiga bentuk beasiswa.Yakni Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN), beasiswa afirmasi untuk Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB), dan beasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Kuota yang disediakan sebanyak 1.000 penerima untuk BPP-DN, 150 penerima beasiswa afirmasi PTNB, dan 250 beasiswa PMDSU.
“Sampai 2021 lebih dari 6.000 dosen akan pensiun. Oleh karena itu, beasiswa ini menjadi terobosan untuk meningkatkan kapasitas dosen dan mencetak sumber daya iptek dikti dari sarjana unggul. Untuk ketiga beasiswa dalam negeri, yaitu BPP-DN, Beasiswa Afirmasi, dan PMDSU sudah mulai dibuka pendaftarannya 5 Juni sampai dengan 30 Juni 2017,” ujarnya.
Ghufron menjelaskan, beasiswa jenjang S-2 untuk dosen tetap yang memiliki NIDN atau NUPN diberikan melalui skema beasiswa afirmasi PTNB. BPP-DN diberikan kepada dosen di lingkup Kemenristekdikti untuk menempuh jenjang S-3. Ditjen SDID juga menyediakan beasiswa dosen ke luar negeri melalui skema Dikti Funded Fulbright ke Amerika Serikat (AS) untuk 50 penerima, OeAD dengan Austria untuk 10 penerima, dan Newton Fund dengan Inggris untuk 8 penerima.
Fresh graduate
Ia menjelaskan, khusus untuk beasiswa PMDSU akan diberikan kepada fresh graduate yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang doktor dengan masa pendidikan selama empat tahun. Pada program ini, sarjana unggul tersebut dituntut menghasilkan minimal dua publikasi hasil riset di jurnal internasional.
“Fasilitas pendanaan beasiswa PMDSU berupa hibah penelitian untuk mahasiswa. Sebesar Rp50-60 juta per tahun dan mendapat bimbingan penulisan publikasi ke luar negeri. Bagi promotor, mereka akan difasilitasi kerjasama SAME PMDSU ke perguruan tinggi atau lembaga luar negeri,” ujarnya.
Menristekdikti Mohamad Nasir dalam beberapa kesempatan kerap mengkritisi kualitas dan dosen dan profesor dalam negeri belum memenuhi harapan. Mayoritas profesor Indonesia tidak produktif dalam menulis jurnal internasional yang berfungsi sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan. Nasir mengatakan, hal itu terjadi karena para profesor dalam negeri tidak memiliki kemampuan menulis dalam bahasa Inggris dengan baik.