Muhammadiyah Tunda Akuisisi Perguruan Tinggi Malaysia

Ketua MUI Yunahar Ilyas (kiri) didampingi moderator (tengah) dan Ketua MUI Didin Hafidhuddin (kiri) tengah memaparkan pendapatknya saat menjadi pembicara pada acara Seminar nasional bertajuk “Penyusunan Panduan Ukhuwah Islamiyah” diselenggarakan oleh Komisi Ukhuwah Islamiya Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, Senin (25/5). Pada seminar tersebut diantarana membahas menganai strategi membangun Ukhwah Islamiyah sesama muslim. Foto: darmawan


Ketua MUI Yunahar Ilyas (kiri) didampingi moderator (tengah) dan Ketua MUI Didin Hafidhuddin (kiri) tengah memaparkan pendapatknya saat menjadi pembicara pada acara Seminar nasional bertajuk “Penyusunan Panduan Ukhuwah Islamiyah” diselenggarakan oleh  Komisi Ukhuwah Islamiya  Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, Senin (25/5). Pada seminar tersebut diantarana membahas menganai strategi membangun Ukhwah Islamiyah sesama muslim. Foto: darmawan
Ketua MUI Yunahar Ilyas (kiri) didampingi moderator (tengah) dan Ketua MUI Didin Hafidhuddin (kiri) tengah memaparkan pendapatknya saat menjadi pembicara pada acara Seminar nasional bertajuk “Penyusunan Panduan Ukhuwah Islamiyah” diselenggarakan oleh Komisi Ukhuwah Islamiya Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, Senin (25/5). Pada seminar tersebut diantarana membahas menganai strategi membangun Ukhwah Islamiyah sesama muslim. Foto: darmawan

PURWOKERTO — Rencana 12 perguruan tinggi Muhammadiyah untuk mengakuisisi perguruan tinggi di Malaysia untuk sementara ditunda. Hal itu disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas usai menghadiri acara pengajian pra-Ramadhan di masjid Ahmad Dahlan kompleks Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Sabtu (13/5).

“Untuk sementara kita pending dulu,” katanya.

Menurut Yunahar, penundaan akuisisi perguruan tinggi yang akan diakuisisi di Malaysia karena kampus yang akan diakusisi adalah perguruan tinggi e-learning yang tidak memiliki kampus tetap. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk mengakuisisi cukup besar.

Sebelumnya, 12 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Tanah Air secara bersama-sama merencanakan mengakusisi perguruan tinggi di Malaysia. Perguruan tinggi yang akan diakuisisi adalah Asia E University di Kuala Lumpur. Meski jenjang pendidikan yang diselenggarakan PT tersebut terdiri dari S1 dan S2, namun sistem pendidikan yang digunakan ternyata berbasis pada sistem e-learning atau sistem pembelajaran jarak jauh.

Terkait kondisi inilah, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah yang sebelumnya mengeluarkan surat tugas bernomor 04/TGS/I.A/2017 terhadap 12 PTM akan membeli saham mayoritas salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Malaysia, meminta rencana tersebut ditunda.

“Dana yang dikeluarkan untuk mengakuisisi PT di Malaysia itu cukup besar. Mencapai sekitar Rp 500 miliar,” jelas Yunahar.

Dia menyebutkan, dengan uang sebesar itu, kalau digunakan untuk membangun PTM di Tanah Air, sudah bisa cukup banyak atau cukup besar. Dia menyebutkan, yang diinginkan Muhammadiyah dalam upaya melebarkan sayap badan amal pendidikan di dunia internasional, adalah berupa kampus yang riil. Untuk itu, bila akan mengakuisisi lembaga pendidikan di luar negeri, sebaiknya berupa PT yang memang riil dalam arti memiliki gedung kampus pendidikan.

Yunahar juga menyebutkan, Muhammadiyah sebelumnya juga telah mendapat tawaran mengakuisisi perguruan tinggi riil di Malaysia. Namun lokasi kampus, ternyata berada di Kelantan.

”Kita sudah tanyakan kemungkinan pemindahan kampus tersebut dari Kelantan ke Kuala Lumpur pada Kementerian Pendidikan setempat. Namun ternyata tidak bisa, karena ada ketentuan PT yang berdiri di satu negara bagian, tidak bisa dipindah-pindah ke negara bagian lain,” jelasnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, tawaran untuk mengakusisi PTM di Kelantan tersebut, juga belum bisa dilakukan. ”Kita masih mencari PT yang lain,” katanya.

Dia menyebutkan, yang lebih prioritas yang akan dilakukan adalah dengan mengenambangan PTM-PTM di Tanah Air. Antara lain, dengan mendirikan PTM di wilayah-wilayah yang selama ini belum ada PTM-nya. Antara lain, seperti mendirikan PTM yang ada di Ambon dan Samarinda. ”Kampus-kampus besar Muhammadiyah kami minta juga bisa ikut membina kampus di kedua kota tersebut,” jelasnya.

Sebelumnya, melalui surat tugas bernomor 04/TGS/I.A/2017 tertanggal 2 Februari 2017, PP Muhammadiyah memberikan penugasan pada 12 PTM besar di Tanah Air untuk membeli saham mayoritas Asia E Universitydi Kuala Lumpur, Malaysia. Ke-12 PTM tersebut, terdiri dari UM Yogyakarta, UM Surakarta, UM Surabaya, UM Malang, UM Jakarta, UM Semarang, UM Sumatera Utara, UM Palembang, UM Purwokerto, UM Makassar, Universitas Ahmad Dahlan, dan UM Prof Dr Hamka.  Pembelian saham universits tersebut, dalam rangka Muhammadiyah mengembangkan badan amal pendidikannya di dunia internasional.