SURABAYA — Puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2017 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dilaksanakan di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Upacara diikuti oleh 5500 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, dosen, serta pimpinan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengajak seluruh elemen pendidikan tinggi untuk menjadikan peringatan Hardiknas 2017 sebagai momentum peningkatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi di Indonesia, serta menjadikan perguruan tinggi sebagai agen pertumbuhan ekonomi.
“Perguruan tinggi dalam melaksanakan Tri Dharma Pendidikan Tinggi supaya lebih memperhatikan dampak dari aktivitasnya terhadap pengembangan ekonomi, terutama ekonomi di daerahnya,” ujar Mohamad Nasir, Selasa (1/5).
Dengan kata lain, perguruan tinggi diminta lebih dapat memerankan dirinya sebagai agent of economic development, di samping agent of education dan agent of research and development. Hal ini sesuai dengan tema peringatan Hardiknas 2017, yakni “Peningkatan Relevansi Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi”.
Menurut Menristekdikti, peningkatan relevansi pendidikan tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, dalam bidang pendidikan, perguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan industri.
Untuk lebih meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri, Nasir meminta ke depan jumlah perguruan tinggi vokasi harus ditingkatkan dan keterlibatan industri harus diintensifkan. Lulusan perguruan tinggi vokasi harus memiliki sertifikat kompetensi, di samping ijazah kelulusan.
Dalam bidang penelitian, Menristek menyatakan peningkatan relevansi pendidikan tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui hilirisasi penelitian di perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan perguruan tinggi tidak boleh berhenti setelah menghasilkan publikasi, prototipe, atau paten.
“Penelitian perguruan tinggi harus dilanjutkan sampai mencapai technology readiness level (TRL) 9 kemudian dikerjasamakan dengan industri agar bisa diproduksi dan dipasarkan secara massal,” ujar Nasir.
Nasir mengatakan Kementerian Ristekdikti telah menginisiasi berbagai program. Di antaranya pengembangan Pusat Unggulan Iptek (PUI), Science and Techno Park (STP), pemberian hibah penciptaan Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi, pengembangan Unit Transfer Teknologi, serta Inkubasi Bisnis.
Nasir menambahkan dalam bidang pengabdian masyarakat dapat dilakukan melalui kerja sama yang lebih intensif antara perguruan tinggi dengan pemerintah daerah dan industri. Kerja sama dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah riil yang dihadapi masyarakat sekitar perguruan tinggi, baik terkait produksi, distribusi, maupun teknologi.
“Untuk mampu menarik mitra kerja pemerintah daerah dan industri dalam menyelesaikan problem problem riil yang dihadapi, perguruan tinggi harus dapat membuktikan diri dahulu kalau mampu menyelesaikan problem problem riil tersebut,” kata Menristek.
Sumber: Republika