Forum antarpemangku kepentingan EdHeroes, menggelar “EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter” pada 16 Oktober 2021 bertujuan saling berbagi inspirasi dan solusi dunia pendidikan.
Acara dihadiri 90 narasumber dari 14 negara dan 5 pejabat Kementerian RI.
Gelaran tersebut membahas beragam isu seputar pendidikan mulai dari peran guru di era teknologi, pola asuh (parenting), pengembangan iptek, kebijakan dunia pendidikan hingga keberpihakan terhadap perempuan dalam pendidikan.
“Kita perlu mengubah pola pikir guru, mulai dari cara mengajar dan cara mendidik anak. Kita harus beralih dari cara mengajar dimana guru selalu berbicara setiap waktu menjadi guru yang memfasilitasi,” kata Esther “WOJ” Wojcicki, Co-Founder and Education Chief WOJ Innovation & Technology.
“Anda tidak perlu menjadi pintar, Anda hanya perlu memiliki motivasi, karena motivasi adalah kunci untuk belajar tentang segala hal,“ tambah Ester yang juga merupakan Founder and CEO Global Moonshots in Education dalam sesi Opening General Session EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter.
Guru dan teknologi
Pada sesi kedua, narasumber membahas isu pendidikan apakah mesin bisa menggantikan seorang pendidik dengan menghadirkan beberapa pembicara; Budiman Sudjatmiko, Louis Goh, Allana Abdullah, dan Muhammad Nabil Satria.
Pada topik ini para narasumber sepakat bahwa pada kenyataannya, mesin tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendidik manusia.
Hal ini dikarenakan dalam masyarakat ini, kita masih membutuhkan pendidik manusia untuk mengajar siswa tentang begitu banyak aspek dalam hal pendidikan.
Meskipun mesin merupakan alat penting yang membantu siswa dan pendidik untuk mengakses pendidikan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa mesin kurang memiliki kreativitas dan emosi yang memegang peran penting untuk memenuhi pendidikan yang layak.
“Saya percaya bahwa teknologi tidak dapat menggantikan seorang guru. Teknologi adalah alat untuk membantu seorang guru. Oleh karena itu, teknologi dapat membantu proses belajar tetapi tentu saja tidak dapat menggantikan peranan seorang guru,” jelas Muhammad Nabil Satria, Co-founder LatihID.
Holistic Parenting
Sesi sebelumnya, Family and Education, para narasumber mengatakan membesarkan anak-anak harus holistik, fokus pada setiap aspek.
Terkadang para orangtua berpikir bahwa mereka tahu lebih banyak tentang anak-anak kita berdasarkan pengalaman kita, tetapi terkadang para orangtua juga perlu belajar dari anak-anak dan perlu memberikan yang terbaik.
“Sebagai orang tua yang masih belajar bagaimana cara menjadi orangtua yang baik dan mencoba menggabungkan setiap teori parenting (keorangtuaan) yang saya ketahui dari berbagai macam sumber, dari pengalaman-pengalaman yang saya terapkan setiap hari untuk mencoba memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya.” ungkap Executive Director at Amanat Institute, Fahd Pahdepie.
Perempuan dan pendidikan
Tema lain, Policy and Education salah satunya membahas tentang pendidikan bagi perempuan.
Untuk mencapai kesetaraan jender, termasuk mengurangi terjadinya kekerasan berbasis gender dan pelecehan seksual, diperlukan pendidikan untuk memberikan kesadaran kepada semua perempuan perempuan bisa mendapatkan kesempatan lebih besar dalam karir dan juga membuka perspektif lebih terbuka.
Perempuan tidak lagi hanya berperan dalam urusan rumah tangga, perempuan masa kini terus berjuang dan pada gilirannya berhak memberikan kesempatan pada posisi tanggung jawab seperti laki-laki pada umumya.
Pendidikan tinggi dan karir yang sukses tidak hanya untuk laki-laki, perempuan juga layak untuk dikembangkan moral dan karakternya melalui pedidikan.
“Perempuan yang berpendidikan tinggi dapat menyelam ke dalam keluarga atau komunitas mereka sendiri, dan di mana (mereka) dapat membangun kesadaran ini dan mereka juga dapat mengambil bagian dalam mengubah sistem ke versi yang lebih baik dan lebih mendukung terhadap wanita dengan menjadi pembuat kebijakan atau seseorang yang berjuang untuk kebenaran, sehingga pilihannya tidak terbatas.” kata Arimbi Yogaswara selaku Southeast Asia Lead, Girl Up, United Nations Foundation.
Strategi kebijakan pendidikan
Ministrial Talk merupakan pembahasan pada track 4, salah satu topik yang diangkat adalah Strategi Pemerintah untuk mencapai tujuan Indonesia.
Untuk mencapai generasi emas Indonesia tahun 2045, ada 4 pilar, yaitu pembangunan manusia dan IPTEK, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pembangunan merata, dan penguatan ketahanan dan tata kelola nasional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terus membaik, yang ditopang oleh sektor investasi dan perdagangan, industri, pariwisata, dan jasa. Selain itu, Indonesia juga akan mengupayakan pemerataan fasilitas kerjasama dari berbagai sektor untuk mencapai tujuan bersama.
“Untuk mempersiapkan masa depan emas Indonesia menuju seratus tahun kemerdekaan Indonesia terdapat empat pilar, pertama adalah pengembangan teknologi manusia dan sains, kedua adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan ketiga sama-sama menyebarkan pembangunan dan keempat adalah penguatan nasional ketahanan dan pemerintahan,” jelas Heldy Satrya Putra sebagai Special Advisor for Investment Competitiveness Enhacement.
Sumber : Kompas.com