Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Om swastiastu
Namo buddhaya
Salam kebajikan
Bapak, Ibu, saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Seluruh rakyat Indonesia yang saya cintai. Hadirin yang berbahagia.
Kita harus menyadari, kita harus sadar semuanya bahwa sekarang kita hidup dalam sebuah lingkungan global yang sangat dinamis! Fenomena global yang ciri-cirinya kita ketahui, penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas, dan penuh kejutan, yang sering jauh dari kalkulasi kita, sering jauh dari hitungan kita.
Di awal tahun ini, World Economic Forum telah menunjukkan kepada dunia lewat The Global Risks Report-nya bahwa cuaca ekstrem, kegagalan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, bencana alam, krisis air, keruntuhan keanekaragaman hayati dan ekosistem, serta bencana lingkungan yang disebabkan ulah manusia adalah risiko terbesar yang sedang kita hadapi. Di dalam kuadran kanan atas matriks risiko yang mereka buat, hanya ada risiko lainnya: cyber-attacks. Beragam risiko yang tadinya kita kira hanya terkait lingkungan, ternyata telah memorakporandakan kehidupan sosial dan ekonomi kita.
Oleh sebab itu, kita harus mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi. Dan kita semuanya harus mau dan akan kita paksa untuk mau. Kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola lama, baik dalam mengelola organisasi, baik dalam mengelola lembaga, maupun dalam mengelola pemerintahan. Yang sudah tidak efektif, kita buat menjadi efektif! Yang sudah tidak efisien, kita buat menjadi efisien!
Solusi. Inovasi. Efektif. Efisien. Itu adalah empat kata kunci paling penting untuk menghadapi dunia yang sedang berubah dengan cepat. Namun, seluruh solusi inovatif yang kita perlukan itu harus sekaligus membuat bangsa ini bisa menjawab beragam risiko dan tantangan yang telah diidentifikasi oleh World Economic Forum itu. Kita ingin maju, namun untuk maju kita harus survive. Yang disebut efektif adalah kalau kita yang lakukan itu membuat ekonomi kita menyejahterakan, membuat masyarakat kita semakin guyub, dan lingkungan kita semakin sehat. fisiensi juga harus ditimbang dengan cara yang sama.
Manajemen seperti inilah yang kita perlukan sekarang ini. Kita harus menuju pada sebuah negara yang lebih produktif, yang memiliki daya saing, yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan-perubahan itu. Oleh sebab itu, kita menyiapkan tahapan-tahapan besar.
Pemerintahan saya yang pertama, bersama Bapak Jusuf Kalla (2014-2019), telah meletakkan dasar-dasar untuk itu. Kami memastikan lingkungan hidup terjaga, dengan moratorium hutan dan beragam upaya lain. Kebijakan yang mewajibkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk tata ruang kami tanda tangani. Kemiskinan telah kami tekan, demikian juga dengan ketimpangan. Gini Ratio kita telah buktikan terus membaik. Ekonomi kita belum berlari sekencang yang kita harapkan, namun kita jelas jauh lebih unggul dibandingkan banyak negara lain yang terseok-seok, belum sepenuhnya keluar dari krisis. Untuk melanjutkannya, hal-hal berikut ini akan kita lakukan di tahun 2019-2024.
PERTAMA, pembangunan infrastruktur akan terus kita lanjutkan! Infrastruktur yang besar-besar sudah kita bangun. Ke depan, kita akan lanjutkan dengan lebih cepat dan menyambungkan infrastruktur besar tersebut, seperti jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandara dengan kawasan-kawasan produksi rakyat. Kita sambungkan dengan kawasan industri kecil, sambungkan dengan Kawasan Ekonomi Khusus, sambungkan dengan kawasan pariwisata. Kita juga harus menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan persawahan, kawasan perkebunan, dan tambak-tambak perikanan.
Namun, cerita tentang infrastruktur ini bukanlah semata untuk perkembangan ekonomi. Infrastruktur untuk kemajuan sosial seperti kesehatan, pendidikan, perumahan rakyat akan kita galakkan. Seluruh infrastruktur tersebut akan dibuat adaptif dan tangguh dalam menghadapi bencana, termasuk bencana iklim. Dan pembangunan infrastruktur tersebut harus dilakukan dengan perhatian yang serius terhadap dampak ekonomi, sosial, dan lingkungannya.
Infrastruktur berkelanjutan adalah paradigma yang sekarang kita anut. Tidak ada toleransi lagi bagi pembangunan infrastruktur yang serampangan, abai terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
KEDUA, pembangunan sumberdaya manusia (SDM). Kita akan memberikan prioritas pembangunan kita pada pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia unggul ke depan. Itu harus dijaga betul. Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ!
Tentu saja kita perlu sadar bahwa salah satu permasalahan terbesar dari ibu, bayi, balita dan anak usia sekolah adalah rokok. Mereka menjadi perokok pasif di rumah lantaran suami-suami dan bapak-bapak mereka tak berhenti mengepulkan asap. Jatah gizi bagi ibu dan anak menjadi berkurang lantaran suami dan bapak mereka memilih untuk membeli rokok. Dan setiap kuartal BPS kita memberi tahu bahwa rokok adalah penyumbang kemiskinan yang paling kuat di perkotaan maupun pedesaan. Ini harus dihentikan.
Kita harus serius dalam mengurangi prevalensi merokok di kalangan pria dewasa, dan harus lebih serius lagi mencegah anak-anak merokok. Umur emas tidak akan kembali. Kalau kita gagal melindungi mereka, kita akan kehilangan peluang untuk memanen hasilnya kelak.
Oleh sebab itu, kita harus mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi. Dan kita semuanya harus mau dan akan kita paksa untuk mau. Kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola lama, baik dalam mengelola organisasi, baik dalam mengelola lembaga, maupun dalam mengelola pemerintahan. Yang sudah tidak efektif, kita buat menjadi efektif! Yang sudah tidak efisien, kita buat menjadi efisien!
Solusi. Inovasi. Efektif. Efisien. Itu adalah empat kata kunci paling penting untuk menghadapi dunia yang sedang berubah dengan cepat. Namun, seluruh solusi inovatif yang kita perlukan itu harus sekaligus membuat bangsa ini bisa menjawab beragam risiko dan tantangan yang telah diidentifikasi oleh World Economic Forum itu. Kita ingin maju, namun untuk maju kita harus survive. Yang disebut efektif adalah kalau kita yang lakukan itu membuat ekonomi kita menyejahterakan, membuat masyarakat kita semakin guyub, dan lingkungan kita semakin sehat. fisiensi juga harus ditimbang dengan cara yang sama.
Manajemen seperti inilah yang kita perlukan sekarang ini. Kita harus menuju pada sebuah negara yang lebih produktif, yang memiliki daya saing, yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan-perubahan itu. Oleh sebab itu, kita menyiapkan tahapan-tahapan besar.
Pemerintahan saya yang pertama, bersama Bapak Jusuf Kalla (2014-2019), telah meletakkan dasar-dasar untuk itu. Kami memastikan lingkungan hidup terjaga, dengan moratorium hutan dan beragam upaya lain. Kebijakan yang mewajibkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk tata ruang kami tanda tangani. Kemiskinan telah kami tekan, demikian juga dengan ketimpangan. Gini Ratio kita telah buktikan terus membaik. Ekonomi kita belum berlari sekencang yang kita harapkan, namun kita jelas jauh lebih unggul dibandingkan banyak negara lain yang terseok-seok, belum sepenuhnya keluar dari krisis. Untuk melanjutkannya, hal-hal berikut ini akan kita lakukan di tahun 2019-2024.
PERTAMA, pembangunan infrastruktur akan terus kita lanjutkan! Infrastruktur yang besar-besar sudah kita bangun. Ke depan, kita akan lanjutkan dengan lebih cepat dan menyambungkan infrastruktur besar tersebut, seperti jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandara dengan kawasan-kawasan produksi rakyat. Kita sambungkan dengan kawasan industri kecil, sambungkan dengan Kawasan Ekonomi Khusus, sambungkan dengan kawasan pariwisata. Kita juga harus menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan persawahan, kawasan perkebunan, dan tambak-tambak perikanan.
Namun, cerita tentang infrastruktur ini bukanlah semata untuk perkembangan ekonomi. Infrastruktur untuk kemajuan sosial seperti kesehatan, pendidikan, perumahan rakyat akan kita galakkan. Seluruh infrastruktur tersebut akan dibuat adaptif dan tangguh dalam menghadapi bencana, termasuk bencana iklim. Dan pembangunan infrastruktur tersebut harus dilakukan dengan perhatian yang serius terhadap dampak ekonomi, sosial, dan lingkungannya.
Infrastruktur berkelanjutan adalah paradigma yang sekarang kita anut. Tidak ada toleransi lagi bagi pembangunan infrastruktur yang serampangan, abai terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
KEDUA, pembangunan sumberdaya manusia (SDM). Kita akan memberikan prioritas pembangunan kita pada pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia unggul ke depan. Itu harus dijaga betul. Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ!
Tentu saja kita perlu sadar bahwa salah satu permasalahan terbesar dari ibu, bayi, balita dan anak usia sekolah adalah rokok. Mereka menjadi perokok pasif di rumah lantaran suami-suami dan bapak-bapak mereka tak berhenti mengepulkan asap. Jatah gizi bagi ibu dan anak menjadi berkurang lantaran suami dan bapak mereka memilih untuk membeli rokok. Dan setiap kuartal BPS kita memberi tahu bahwa rokok adalah penyumbang kemiskinan yang paling kuat di perkotaan maupun pedesaan. Ini harus dihentikan.
Kita harus serius dalam mengurangi prevalensi merokok di kalangan pria dewasa, dan harus lebih serius lagi mencegah anak-anak merokok. Umur emas tidak akan kembali. Kalau kita gagal melindungi mereka, kita akan kehilangan peluang untuk memanen hasilnya kelak.
Bogor, 14 Juli 2019
CALON PRESIDEN TERPILIH,
JOKO WIDODO
Sumber: geotimes.co.id