Gara-gara pernyataan ‘profesor tua kecil manfaatnya untuk negara’, Menristekdikti M Nasir menuai kecaman dari Yogya. Rektor UIN Sunan Kalijaga bahkan membuat tantangan terbuka. Sedangkan Ketua Dewan Guru Besar UGM menyebut Nasir sedang mencari perhatian untuk membidik jabatan.
“Maka saya tantang betul ya, demi Republik lo, bukan demi Yogya. Jangan salah, Bapak-bapak. Demi Republik ini, soal akademik. Kalau M Nasir itu lebih dulu terbit di jurnal di bidang masing-masing, jurnalnya lebih hebat dari saya, dan pengaruhnya lebih hebat dari punya saya, saya turun dari rektor,” tegas Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi.
Yudian juga terang-terangan mengecam pernyataan M Nasir tersebut. Menurutnya, pernyataan M Nasir berbahaya, tidak beretika, dan cenderung mendiskreditkan profesor yang sudah berusia lanjut.
Berbeda dengan M Nasir, Yudian beranggapan orang berilmu yang bertambah umurnya akan semakin matang keilmuannya. Manfaatnya juga akan semakin dirasakan masyarakat. “Dia tidak ngerti bahwa ilmu itu semakin tua semakin bagus,” paparnya.
Tak tanggung-tanggung, Yudian bercerita mengenai karier akademiknya. Sebelum pulang ke Indonesia, Yudian sudah menjadi profesor di Amerika, mengajar di Harvard University, menulis berbagai karya ilmiah, menerjemahkan berbagai karya, dan menerbitkan 53 buku.
“Saya pernah (mengajar) di Harvard, menjadi profesor di Amerika, tapi saya katakan di depan, lima tahun setelah saya pulang dari Amerika itu saya belum punya pikiran orisinal…. Pak, kalau cuma ngutip-ngutip, itu gampang,” sebutnya.
Sedangkan Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof Koentjoro setuju jika M Nasir disebut tak bijak mengucapkan kalimat ‘profesor tua kecil manfaatnya untuk negara’. Seorang profesor, lanjutnya, di mana pun berada juga diharuskan berkarakter wise atau bijaksana.
“Karena yang namanya guru besar itu adalah orang yang arif, orang yang bijaksana, bahasanya pendhita (layaknya Brahmana) yang ngerti winarah (mumpuni pengetahuannya), sehingga sangat susah untuk misalnya mereka (menginginkan) profesor harus muda-muda. Apalagi kalau zaman sekarang untuk jadi profesor itu susahnya setengah mati,” sebutnya.
Mantan Ketua Forum Dewan Guru Besar Indonesia ini justru menuding M Nasir sedang mencari perhatian menjelang penyusunan kabinet baru. Ia menduga M Nasir sengaja bermanuver supaya ide dan gagasannya diperhatikan.
“Biar diperhatikan. Salah satu cara untuk menarik perhatian karena dia menjadi sangat dikenal. Ada kemungkinan, apakah ada jabatan-jabatan tertentu di publik yang diincar. Karena apa? Karena keterkenalan itu akan mempengaruhi,” tudingnya.
Sumber : Newsdetik