Semangat Guru Belajar, Ciptakan Ekosistem Pendidikan Berkualitas


juliana-kepala-pengembangan-program-yayasan-putera-sampoerna_169Pendidikan bukanlah persiapan menyongsong kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.” Petikan magis dari John Dewey, seorang pemikir dan praktisi pendidikan yang menginisiasi konsep pedagogi progresif, selalu terngiang setiap kali kita membahas isu pendidikan, terlebih dalam kaitannya dengan proses belajar-mengajar berbasis kemerdekaan berpikir. Atau apa yang kita sebut dengan konsep Merdeka Belajar.
Pendidikan adalah sesuatu yang “hidup”. Dia dinyalakan oleh semangat tanpa lelah untuk terus mendalami, menekuni, menggeluti, dan menghayati. Pendidikan adalah tentang menjadi pembelajar sepanjang hayat. Namun sudahkah ekosistem pendidikan memberikan dukungan yang andal untuk menopang semangat belajar? Hingga kita tiba di era serba digital ini, sayangnya pemerataan pendidikan masih menjadi salah satu isu utama yang perlu mendapat penanganan lebih serius, lebih komprehensif.

Hasil skor Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 terhadap 79 negara menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 terbawah, yaitu di nomor 74, dengan kemampuan membaca siswa Indonesia berada di posisi 74, kemampuan matematika di posisi 73, dan kemampuan sains di posisi 71. Sebuah rapor yang bukan sekadar bahan bacaan, melainkan perlu direnungkan untuk kemudian kita carikan jalan. Bicara peningkatan kualitas pendidikan adalah bicara tentang guru, sosok sentral yang secara alami memantik inspirasi bagi setiap insan untuk menyalakan api pembelajar.

Berdasarkan hasil survey Political and Economic Risk Consultant (PERC), diketahui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati urutan terakhir, yaitu 12 dari 12 negara di Asia. Disebutkan juga bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya kualitas guru. Di sisi lain, hasil observasi Putera Sampoerna Foundation selama lebih dari 20 tahun bergerak di sektor pendidikan, para guru, terutama di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) sangat bersemangat untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam mengajar.

Sebuah modal dasar yang baik dan begitu menggugah! Dalam Presidensi G20 tahun ini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim mendorong empat agenda prioritas di sektor pendidikan, yaitu kualitas pendidikan untuk semua; teknologi digital dalam pendidikan; solidaritas dalam kemitraan; dan masa depan dunia kerja pascapandemi Covid-19. Keempat agenda itu dapat diwujudkan melalui partisipasi setiap kita untuk melakukan langkah nyata untuk mereimajinasi dunia pendidikan di Indonesia.

Merealisasikan agenda prioritas G20 di sektor pendidikan Perhelatan G20 telah berakhir. Kini saatnya merealisasikan hasil nyata dari KTT G20 sebagai bentuk kerja bersama membangun kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya Putera Sampoerna Foundation adalah memperluas akses Pendidikan berkualitas ke pelosok Indonesia, salah satunya adalah melalui Guru Binar.

Guru Binar merupakan sebuah pelantar pengembangan karir guru (platform EduTech) berisi beragam materi pelatihan pengembangan profesi yang holistik, terintegrasi, dan sistematis, yang bertujuan untuk meningkatkan akses pelatihan sesuai dengan kebutuhan, yang memungkinkan peserta untuk belajar kapan saja, di mana saja secara daring (belajar swapacu). Setiap guru berkesempatan untuk menyusun portfolio pembelajaran digital secara kontekstual yang akan mendapatkan umpan balik dari fasilitator pendamping.

Dengan cara seperti ini, para guru dapat tetap mengasah keterampilan yang dibutuhkan tanpa harus meninggalkan kelas untuk mengikuti pembekalan secara tatap muka. Mengingat luasnya wilayah kepulauan Indonesia, teknologi diharapkan dapat menjangkau semua guru agar mereka bisa mengakses materi-materi pelatihan pengembangan keterampilan.

Tentunya hal ini juga perlu didukung oleh pemerataan akses internet, terutama di daerah 3T. Selain Guru Binar, program-program Putera Sampoerna Foundation lainnya adalah Lighthouse School Program dan Pusat Belajar Guru, yang telah memberikan dampak positif yang berkelanjutan terhadap sistem pengelolaan sekolah serta peningkatan kompetensi guru, khususnya di daerah 3T.

Sudah selayaknya pendidikan berkualitas bukan lagi menjadi sebuah kemewahan yang hanya dapat diakses oleh mereka di kota-kota besar, namun tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Pepatah mengatakan bahwa “Tak seorang pun bisa sukses tanpa sentuhan guru.”

Sudah saatnya semua pihak bergotong-royong mengambil bagian membangun kualitas guru yang pada akhirnya akan berdampak pula pada perwujudan generasi pemimpin yang berkarakter dan berdaya saing tinggi.

Sumber :https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6495815/