Siapkah Mengajarkan Berpikir Kritis?


Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, guru diharapkan menghadirkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Peserta didik bukan hanya dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, juga mampu secara kritis dan kreatif memberikan solusi pemecahan masalah.
Permasalahannya, apakah guru-guru berani mendorong peserta didik berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat? Apa konsekuensi kalau sikap kritis dan kreatif diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari? Dua pertanyaan ini penting direfleksikan oleh guru dalam mengembangkan sikap kritis dan kreatif peserta didik.

Kritis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bersifat tidak lekas percaya, bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisisan. Sementara kreatif punya arti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengandung daya cipta. Menumbuhkan sikap kritis dan kreatif tentunya dapat dilakukan sejak dini,dengan melatih keberanian bertanya dan berpendapat.

Seorang guru bisa memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik mempertanyakan persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Persoalan yang terjadi begitu banyak dan menarik untuk didiskusikan oleh peserta didik; harga naik, kemiskinan meningkat, pengangguran bertambah, gunung-gunung terlihat semakin rusak, bukit-bukit menghilang, dan sungai-sungai tidak bisa lagi digunakan untuk berenang, polisi menembak polisi, rektor ditangkap karena suap, sementara pelaku usaha di desa-desa semakin menyusut jumlahnya –itu hanya sebagian kecil saja.

Baca artikel detiknews, “Siapkah Mengajarkan Berpikir Kritis?” selengkapnya https://news.detik.com/kolom/d-6275676/siapkah-mengajarkan-berpikir-kritis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/9a515979-4d27-4f31-94e4-4bcd436000a0_169