Forum Alumni Kampus Tolak Intervensi Menristekdikti


Jakarta – Forum Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (Fapetisi) meminta Presiden Joko Widodo menegur Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir dari jabatannya. Karena dianggap bersikap dan bertindak arogan terkait radikalisme di perguruan tinggi.

“Kami menilai sikap dan tindakan Arogansi Menristekdikti yang impresif dan salah kaprah terhadap Civitas Academika merupakan tindakan sewenang-wenang dan jauh dari nalar kampus yang obyektif, telah menciderai profesionalismenya sebagai pembantu Presiden, olehnya FA PETISI mendesak Presiden Joko Widodo agar segera mencopot Menristekdikti,” ujar Ketua Fapetisi, Andi Razak Wawo, Kamis (7/6) di Jakarta.

 

Razak Wawo mengemukakan, radikalisme apa lagi terorisme adalah tuduhan subjektif yang dialamatkan kepada civitas akademika adalah jelas secara keilmuan maupun dalam sejarahnya tidak dikenal dan bukan produk kampus civitas academika yang ada di Indonesia.

Makanya, kata alumni dari Universitas Hasanuddin ini, menolak segala bentuk tuduhan tak berdasar yang dialamatkan kepada kampus perguruan tinggi atau civitas academika se-Indonesia.

“Yang oleh BNPT ditenggarai terpapar radikalisme, apalagi dengan penyebutan ‘terorisme’ yang belum jelas definisi dan kriterianya secara hukum,” ujarnya.

Menurutnya, kampus adalah lembaca civitas akademika dan tempat mediskusikan berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang secara terbuka dan akademis atas berbagai wacana, ideologi, ilmu pengetahuan dan persoalan masyarakat juga negara.

Cara-cara pemerintah dengan mengawasi kampus dan dosen, kata Razak Wawo, telah mencederai demokrasi dan merusak upaya membangun penguatan masyarakat sipil.

“Sikap ini merepresentasikan negara dijalankan dalam sistem fasis dan otoritarian,” ujarnya.

Penggunaan istilah radikalisme, kata Razak Wawo,  akan membunuh sikap kritis mahasiswa terhadap pemahaman pada akar persoalan masyarakat dan negara.

“Ini merupakan upaya teror terhadap civitas akademika dalam proses pendidikan dan pengajaran sehingga sulit untuk berbicara secara obyektif atas realitas. Dan pada akhirnya akan menghambat proses kreativitas dan nilai tambah sumber daya manusia setiap kampus,” ujar Razak Wawo yang juga sebagai Ketua IKA Unhas Jabodetabek.

Forum alumni perguruan tinggi, kata Razak Wawo, berkeyakinan bahwa kampus atau perguruan tinggi seluruh Indonesia adalah pilar utama menangkal segala bentuk ideologi dunia yang bertentangan dengan Pancasila, dan akan dengan sendirinya tidak akan berkembang sebagai idiologi yg mengancam, apalagi segala bentuk prilaku estrimisme sebagai cikal bakal terorisme.

Sehingga dengan tegas, Fapetisi menolak penggunaan kata Radikalisme yang menjadi caption negara yg dialamatkan kepada kaum ekstrimis. “Karena selain itu keliru dan gagal faham,  juga mendegradasi secara serampangan kata Radikal yg menjadi ajaran retorik Bung Karno kepada Kaum Marhaen untuk melawan kolonialisme Belanda,” ujar Razak Wawo.

Sumber : JURNAS.COM

a0f356ff194ced70e9c857d680a6ecd7_1